Buletin Nusantara – JAKARTA – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memutuskan akan menggelar Musyawarah Besar Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas -Konbes NU) pada tanggal 25-26 September secara luring di Hotel Grand Sahid Jakarta. Demikian dikatakan Ketua Dewan pengarah Munas-Konbes NU 2021, KH Ahmad Ishomuddin dalam konferensi pers yang digelar secara daring yang disiarkan langsung oleh TVNU, Kamis (23/9/12).
Munas dan Konbes NU adalah forum musyawarah tertinggi kedua setelah Muktamar akan dihadiri ratusan alim ulama NU se penjuru dunia dengan pengetatan prokes covid 19.
“Munas dan Konbes NU akan digelar pada tanggal 25-26 September 2021 akan digelar di Jakarta. Kali ini tentunya lebih sedikit dibanding Munas-Konbes di tahun-tahun sebelumnya. Kali ini cuma datang 250 pengurus dan warga Nahdliyin. Tentu saja dengan protokol kesehatan yang ketat,” ujar Kiai Ishom
Dalam pertemuan para alim ulama ini, PBNU akan membahas banyak hal. Namun, menurut Gus Ishom, mayoritas tentang masalah negara dan bangsa terkini. Mulai dari urusan keumatan seperti dakwah digital (Waqi’iyah), isu tematik (Maudzuiyah), maupun masalah-masalah hukum (Qanuniyah) terkini.
Hal senada juga diungkapkan oleh Juri Ardiantoro, ketua pelaksana Munas-Konbes NU. Ia menyatakan, forum ini tentu berbeda dengan perhelatan akbar Munas-Konbes NU di tahun-tahun sebelumnya. “Kali ini strategis, karena ini Munas-Konbes terakhir sebelum muktamar. Dari sini juga akan diputuskan, kapan nanti waktunya akan digelar muktamar, puncak musyawarah alim ulama NU,” pungkasnya.
Ngak Boleh Cium Tangan Wapres
Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin rencananya akan membuka pertemuan ulama dalam Musyawarah Nasional dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas-Konbes NU) tahun 2021 di Hotel Grand Sahid Jakarta, Sabtu (25/9/2021).
“Insya Allah akan dihadiri oleh Wakil Presiden, KH Ma’ruf Amin. Beliau adalah mustasyar (dewan penasihat) PBNU,” tutur KH Ahmad Ishomuddin, ketua dewan pengarah Munas-Konbes NU 2021
Ishomuddin juga menjelaskan, Wapres Ma’ruf akan hadir bukan sekadar sebagai wakil pemerintah belaka, tapi juga sebagai seorang ulama. Tapi, karena pandemi, menurutnya, munas alim ulama tak bakal seperti sebelumnya yang mengundang ribuan warga Nahdliyin.
“Perwakilan dari tiap cabang juga sedikit. Kami hanya mengundang 250 orang dari pengurus dan alim ulama. Tidak boleh cium tangan seperti tradisi NU, termasuk wapres, tidak boleh cium tangan beliau,” tuturnya.
Beliau juga menjelaskan, protokol kesehatan dilakukan secara ketat. Semua orang yang terkait dengan kedatangan wapres di pembukaan juga melakukan PCR dan sudah divaksin. (rls)