Jakarta, buletinnusantara – Tak hanya Mesir, kali ini militer Yunani menyatakan sikap siap berperang melawan Turki terkait sepakterjang negara yang di pimpin Erdogan itu di wilayah Mediterania.
Pernyataan Yunani itu dilontarkan Kepala Staf Angkatan Darat, Constantinos Florus dikutip VIVA Militer dari Libya24, Jumat 17 Juli 2020.
Menurutnya tentara Yunani siap untuk mempertahankan integritas teritorial, hak dan kedaulatan negaranya terhadap ancaman Turki.
Florus menuturkan, Turki merupakan ancaman bagi negeri para dewa Yunani dan situasi saat ini di wilayah Mediterania Timur, mengingat Ankara mengganggu kestabilan wilayah tersebut.
Dia juga menekankan perlunya koordinasi antara negara-negara Mediterania timur untuk menjaga keamanan kawasan dan kesejahteraan warganya.
Sebelumnya Kementerian Luar Negeri Prancis menegaskan, bahwa posisi negara-negara Uni Eropa bersatu terhadap kebutuhan untuk mendukung posisi Siprus dan Yunani dalam menghadapi kebijakan Turki.
Hal senada juga dikatakan Menteri Luar Negeri Jerman Haikou Maas.
Dalam pidatonya di Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Eropa, Maas mengatakan perilaku Turki di tingkat regional tidak dapat diterima.
Komentar Maas muncul setelah pertemuan para menteri luar negeri negara-negara anggota Uni Eropa di Brussels untuk membahas hubungan yang kian memanas dengan Turki.
Dia menganggap bahwa tindakan sepihak Turki di Mediterania bertentangan dengan kedaulatan negara. Dan semua akarnya bermuara dari keterlibatan Turki dalam perang saudara di Libya.
“Kami mengundang Turki untuk berpartisipasi aktif dalam rangka mencapai solusi politik di Libya. Dia ingat bahwa hubungan Uni Eropa dengan Turki tegang karena tindakannya di Mediterania timur dan Libya,” kata Maas.
Perlu diketahui, saat ini kondisi di Libya semakin genting. Militer Mesir telah menyatakan sikap membantu Tentara Nasional Libya (LNA) untuk memerangi pasukan dari Negara Kesepakatan Nasional (GNA), militer Turki dan tentara bayaran asal Suriah.
Mesir memutuskan angkat senjata di Libya karena kesal dengan sikap GNA dan Turki yang tak mau diajak berdialog membahas perdamaian di Libya.