Talkshow yang mengangkat tema “Disrupsi Teknologi dan Dampak pada Peradaban Global” ini menghadirkan narasumber, Komisaris Utama PT Telkom Indonesia, Rhenald Kasali, Ketua PBNU yang juga Staf Khusus Wakil Presiden H. Robikin Emhas, Ketua LTN PBNU, Hari Usmayadi, anggota Komisi IX DPR RI sekaligus Ketua Umum PP Pagar Nusa Gus Muhammad Nabil Haroen.
”Kegiatan ini digelar sebagai bagian dari kerja-kerja literasi informasi untuk membahas revolusi telekomunikasi dan digitalisasi sekaligus melakukan pemetaan bagaimana peluang, tantangan dan dampak dari pertumbuhan industri tersebut secara umum, utamanya bagi entitas Nahdliyin,” kata Direktur Utama TV NU Ayi Fahmi, dalam keterangannya yang diterima SINDOnews.
Menurut Fahmi, diskusi itu rencananya digelar selama empat kali dengan menghadirkan para pakar yang mengangkat tema seputar teknologi berikut langkah bagaimana merespons dampak teknologi yang akan muncul. ”TV NU sebelumnya bernama 164 Channel merupakan media resmi PBNU yang secara kelembagaan berada dalam ruang lingkup Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PBNU,” ucapnya.

Selain menyajikan informasi dan konten dakwah tentang ke-Islaman, kata dia, TV NU juga peduli terhadap isu sosial-keagamaan, budaya, ekonomi serta industrialisasi teknologi dan digitalisasi. Dalam konteks kemajuan teknologi, TV NU hendak membahas dinamika perkembangan teknologi yang sedang bergairah di kalangan masyarakat di Indonesia seperti isu finansial teknologi (Fintech), aplikasi teknologi digital, penguatan jaringan, dan isu lain yang sedang berkembang, seperti Bitcoin, Security Network, E-Office, Tecnology e-learning, dan lain sebagainya.

”TV NU berharap kegiatan diskusi ini membuka ruang pengetahuan, pemahaman dan perspektif seputar industri teknologi komputasi dan digitalisasi yang penting untuk dipahami, agar disrupsi teknologi dapat membawa maslahat positif untuk mengembangkan potensi keumatan dan ekosistem Nahdliyin. Harapan lainnya adalah agar kaum muda Nahdliyin tidak hanya mumpuni dalam hal teknologi, lebih jauh lagi dapat berkontribusi terhadap kemajuan negeri ini, dengan tidak meninggalkan akar budaya, tradisi atau kultur Nahdliyin,” ucapnya.