Blitar, Buletinnusantara – Komunitas pecinta sekaligus pelestari pemikiran KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Blitar menilai penolakan Muhammadiyah terhadap Hari Santri Nasional, justru akan memecah umat Islam.

Dalih Muhammadiyah bahwa penetapan Hari Santri hanya akan menimbulkan kotak kotak antara santri, abangan dan priyayi dinilai tidak relevan. Gusdurian-biasa disebut-penolakan itu justru akan menciptakan sekat antara warga Muhammadiyah dengan warga Nahdlatul Ulama (NU).

“Justru dengan menolak Hari Santri Nasional, Muhammadiyah telah membuat sekat, kotak-kotak, khususnya dengan warga nahdliyin,” ujar juru bicara Gusdurian Blitar Mahathir Muhammad kepada wartawan, beberapa waktu lalu.

Menurut mahathir, analisa santri, abangan dan priyayi Indonesianis yang dipakai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, sudah tidak relevan. “Tidak konstektual lagi,” ujar dia.

Mahathir menuturkan, penetapan Hari Santri merupakan bentuk apresiasi negara kepada umat Islam yang mengambil peran besar dalam perjuangan 10 November 1945. Mobilisasi umat Islam secara besar-besaran digerakkan Resolusi Jihad yang diserukan KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU yang juga kakek Gus Dur. Resolusi jihad terbit pada tanggal 22 Oktober. Versi sejarah menyebut hasil diskusi antara Kiai Hasyim Asy’ari dengan Bung Karno.

Intinya setiap umat Islam, terutama yang berada di radius jarak 94 kilometer dari pertempuran Surabaya, hukumnya wajib berjihad fi sabilillah mempertahankan tanah air dari gempuran penjajah.

“Dan kebetulan sebagian besar yang bergerak maju ke medan perang adalah kalangan santri. Namun, resolusi itu sendiri sebenarnya ditujukan kepada seluruh umat Islam,” ujar dia.

Mahathir yang akan memakai nama lembaga Front Aktivis Muda NU Blitar Raya berencana memutar film dokumenter resolusi jihad dan diskusi pada 22 Oktober 2015 mendatang. Pemutaran film dan diskusi pada peringatan perdana Hari Santri akan dilakukan di desa-desa dengan melibatkan kelompok pemuda karang taruna dan remaja masjid.

“Sekali lagi, tidak ada alasan menolak Hari Santri. Sebagai umat Islam seharusnya mendukung ini sepenuhnya, “tutur dia.

Hal senada disampaikan Ketua GP Ansor NU Kota Blitar Hartono, menurutnya, tidak ada alasan umat Islam, khususnya Muhammadiyah menolak penetapan hari santri. Hartono menegaskan, tidak ada yang dikotak-kotakkan. Hari Santri justru menunjukkan umat Islam memiliki peran besar dalam revolusi kemerdekaan.

“Artinya dasar utama penetapan Hari Santri adalah sejarah perjuangan bangsa. Dan penggeraknya adalah resolusi Jihad. Ini sama dengan memberi penghargaan kepada pahlawan kemerdekaan, “ujarnya.

Sebelumnya, Haedar Nashir dalam acara pembukaan Tanwir II Nasyatul Aisyiyah di Bandung, Kamis 15 Oktober 2015 menyatakan, organisasinya menolak Hari Santri Nasional. Haedar beralasan, Muhammadiyah membawa semangat ukhuwah yang lebih luas di tubuh umat Islam. Muhammadiyah khawatir, Hari Santri hanya akan memunculkan dikotomi santri dan non santri. Hari Santri hanya akan mengkotak kotakkan kategori santri, abangan dan priyayi. Atas dasar itu, Muhammadiyah akan menyampaikan penolakan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Sumber: okezone.com