Jakarta – Tokoh muda NU Indonesia Timur Abdul Hamid Rahayaan mengatakan, saat ini ada segelintir tokoh sedang mewacanakan agar ada perpanjangan masa jabatan presiden dan wakil presiden yang ditempuh melalui proses kompromi politik di tingkat elit untuk merubah konstitusi negara.
“Dari hasil kompromi tersebut akan dijadikan sebagai dasar untuk melegetimasi keinginan mereka,” ujarnya kepada pers di Jakarta, Kamis (3/3)
Dikatakannya, untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, berbagai argumentasi telah dikemukakan, mulai dari alasan adanya aspirasi sebagian besar masyarakat yang menghendaki penundaan pemilu sampai kepada soal kesulitan ekonomi, investasi, dan seterusnya.
“Jadi intinya mereka sedang mencari dalil pembenaran untuk meyakinkan masyarakat agar keinginan mereka bisa tercapai,” ungkap Abdul Hamid
Namun lanjutnya, mereka tidak sadar bahwa masyarakat sudah sangat mengetahui dan memahami apa tujuan orang-orang tersebut yaitu bukan untuk kepentingan rakyat, bangsa, dan negara melainkan hanya sekedar untuk memenuhi kepentingan pribadi dan kelompok dalam rangka mempertahankan kekuasaan.
“Untuk itu saya menghimbau kepada seluruh elemen bangsa agar merapatkan barisan untuk sama-sama kita lawan siapapun yang dengan sengaja ingin merongrong konstitusi kita hanya semata-mata untuk memenuhi hasrat politik jangka pendek,” tegasnya
Ia pun melihat gejala penghianatan terhadap rakyat bangsa dan negara sudah nampak dan jelas di depan mata, karenanya kepada seluruh anak bangsa yang cinta konstitusi, yang cinta persatuan dan kesatuan bangsa, mari bersatu melawan siapapun yang mencoba berkhianat terhadap Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Saya juga mengajak kepada seluruh rakyat Indonesia agar berhati-hati dengan pimpinan partai politik atau elit politik, dan juga elit pemerintahan yang memiliki ide untuk merubah konstitusi hanya untuk memenuhi syahwat politik sesaat tanpa peduli dengan stabilitas keamanan negara termasuk keutuhan rakyat, bangsa, dan negara,” ajak Abdul Hamid
Wajib hukumnya menjadikan orang-orang tersebut sebagai musuh bersama rakyat Indonesia karena mereka berpura-pura membela rakyat tetapi sesungguhnya mereka adalah para penghianat rakyat, bangsa, dan Negara. “Apa yang saya kemukan ini adalah bentuk ikhtiar dan kecintaan kita tentang keselamatan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia, sekian dan terima kasih,” pungkas Abdul Hamid.
(Jun)