KUPANG – Visi global NU untuk membangun peradaban dunia mensyaratkan satu hal. Yakni kepemimpinan yang juga berspektrum global.
Paparan ini menjadi topik yang mengemuka dalam pertemuan PCNU Se-Nusa Tenggara Timur di Asrama Haji Kupang di Jl. Amabi Bumi Flobamorata, Minggu pagi (24/11).
“Visi global mustinya dipegang tokoh bertaraf global. Bapak Kiai belum ada saingannya pasca Gus Dur,” kata Ketua PCNU Lembata KH Muchtar Sarabiti penuh semangat.
Ia menilai, sebagai tokoh muslim paling berpengaruh dunia ke-19 berdasarkan rangking Pusat Studi Islam Yordania, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj masih menjadi satu-satunya figur yang layak melanjutkan kepemimpinan PBNU untuk lima tahun ke depan.
“Adalah rugi kalau kita tidak memaksimalkan pikiran beliau, tenaga beliau,” imbuhnya.
Muchtar lantas mengajak 21 Pengurus PCNU lainnya yang hadir untuk bersatu dalam menyuarakan pilihan pada Muktamar NU di Lampung Desember mendatang.
“Jujur Muktamar Jombang karena terombang-ambing saya tidak pilih beliau. Tapi hari ini saya mengajak mari kita NU Se-NTT menyatukan barisan mendukung Pak Kiai Said,” terang Muchtar sedikit mengenang Muktamar ke-33 Jombang.
Sedikit berbeda, PCNU Kota Kupang justru mengaku lebih memberikan pembobotan figur calon Ketua umum PBNU dari segi keilmuan agama dan ke’alimannya.
Dalam hal ini, Ketum PBNU hari ini, KH Said Aqil Siroj, dinilai masih cukup mumpuni.
“Kalau kami pendekatannya istikharah. Ini ciri khas NU ya. NU tidak bisa ditekan-tekan apalagi dibeli,” terang Ketua PCNU Kota Kupang KH Muhammad Nur Yamin.
Sebagai informasi, pada 4 November lalu, Ketua PCNU Kota Kupang bersama 61 PCNU lain dan 9 PWNU representasi zona Se-Indonesia telah secara resmi meminta KH Said Aqil Siroj maju dan bersedia dipilih kembali pada Muktamar NU mendatang. Melalui zoom meeting yang dipadu press conference di Jakarta, Forum Silaturrahim Pendukung Kiai Said Aqil Siroj sekaligus mendeklarasikan dukungan mereka.
Kiai Nur Yamin yang merupakan santri jebolan Magelang mengajak semua pihak untuk bermuktamar dengan teduh dan beretika.
Sebelumnya, ia mengaku sempat dibuat tersinggung dengan pola-pola perebutan dukungan yang kurang mencerminkan akhlak NU.
“Terus terang kami kurang respect ya kalau ada tim, utusan, atau apalah namanya, yang datang ke kami tapi modelnya petantang petenteng kayak bukan santri saja,” tandasnya. (riz)