Ketum PBNU KH. Said Aqil Siroj menyampaikan Pidato Kebangsaan pada Peluncuran SAS Institute, di Hotel Arya Duta, Jakarta, Rabu (1/08/2018). Foto: Junaidi Mahbub.

BuletinNusantara.com, Jakarta – Sejumlah tokoh angkatan muda lintas kelompok yang concern atas isu-isu kebangsaan, toleransi, dan pengembangan budaya dialog, yang berbasis pada pemikiran Said Aqil Siroj meluncurkan SAS Institute di Hotel Arya Duta, Jakarta Pusat, Rabu (1/08) malam.

Direktur SAS Institute, Imdadun Rahmat menyampaikan, sesungguhnya SAS Institute sudah berdiri dan beraktivitas sejak tahun 2016, yang diinisiasi oleh tokoh-tokoh angkatan muda karena keprihatinan atas pengkotak-kotakkan agama, identitas.

“SAS adalah lembaga nirlaba, civil society, yang mengembangkan nilai-nilai kebangsaan, patriotisme, budaya dialog, dan juga pemberdayaan ekonomi,” jelas Imdad dalam prakatanya.

SAS Institute lahir dari pemikiran Kiai Said yang konsisten dalam membangun titik temu berkeislaman dan berkebangsaan. Dan toleransi, lanjut Imdad, adalah pilar penting bagi eksistensi dan kemajuan bangsa.

“Kenapa ada SAS Institute? Karena, kami melihat Indonesia sebagai negara bangsa yang besar. Tentu besar pula permasalahan dan tantangannya. Maka itu, SAS Institute lahir sebagai bagian dari civil society dan dalam rangka nation building,” papar Imdad.

SAS Institute, tambah Imdad, fokus pada kajian, penelitian, seminar, pemberdayaan masyarakat, terutama di kalangan anak muda milenial.

Usai prakata oleh Direktur SAS Institute, dilanjutkan dengan penayangan video singkat pemikiran Kiai Said yang menjadi latar belakang berdirinya SAS Institute.

Setelah pemutaran video, para tokoh yang hadir menyampaikan sumbang saran atas kiprah dan pemikiran Kiai Said, di antaranya Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno, dan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.

Pada kesempatan itu, hadir pula Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum PPP Romahurmuziy, beberapa anggota DPR, rohaniawan, serta jajaran pejabat PBNU. [Wahyu Noerhadi]