Jawa Timur, Buletinnusantara.com – Pondok Pesantren Lirboyo menjadi salah satu titik yang dijadikan tujuan Kirab Resolusi Jihad 2016. Sebelumnya, rombongan yang berangkat dari Surabaya ini telah bersilaturahim ke berbagai tempat. Misalnya, Ponpes Rejoso, Tebuireng, Denanyar, dan Tambakberas (Jombang) dan PCNU Kab. Nganjuk.

Setelah disambut dengan dendangan syair thala’al badru, rombongan kemudian berhenti di salah satu halaman komplek pondok, Selanjutnya Serah terima bendera Nahdlatul Ulama, bendera Merah Putih, dan bendera Pataka panji Nahdlatul Ulama. Khusus untuk panji, diserahkan kepada masyayikh Ponpes Lirboyo, yang malam itu diwakili oleh KH. Atho’illah S. Anwar. Sesuai dengan agenda yang telah terjadwal, Setelah istirahat malam rombongan berziarah ke maqbarah muassis Ponpes Lirboyo.

Tim Kirab Resolusi Jihad 2016 berziarah ke  makam para pendiri dan sesepuh Pondok Pesantren Lirboyo di Jalan KH Abdul Karim, Lirboyo, Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur. Upacara penyambutan dihelat setelahnya.

Usai berziarah, Salah seorang pengasuh Pesantren Lirboyo KH Muhammad Anwar Manshur memberikan sambutan. Ia menyemangati dan mendoakan Tim agar perjalanan kirab menjadi bentuk amal saleh.

Kiai Anwar lalu menceritakan, santri Lirboyo tidak lepas dari perjuangan mempertahankan kedaulatan Indonesia. Pada masa Resolusi Jihad tahun 1945, banyak santri Lirboyo diberangkatkan ke Surabaya dan lama bertahan di sana.

Setelah masa Resolusi Jihad usai, para santri dan kiai kembali ke pondok pesantren. Hal itu sebagai tanggung jawab membina masyarakat lewat jalur agama. Kiai Anwar berpesan agar semangat perjuangan para santri dapat diteruskan.

Sementara itu Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menyampaikan apresiasi dengan adanya kegiatan Kirab Resolusi Jihad. Menurutnya, pelaksanaan kirab juga menjadi torehan sejarah yang positif bagi Kediri dan NU.

Setelahnya mereka melanjutkan perjalanan dengan menuju makam KH. Ahmad Shiddiq dan KH. Hamim Jazuli (Gus Miek), desa Tambak Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri. Lanjut ke Makam Bung Karno.

Setibanya di Makam Bung Karno, kedatangan rombongan kirab disambut Wakil Walikota Blitar, Santoso dan sejumlah pengurus PC NU Kota dan Kabupaten Blitar. Setelah itu dilakukan penyerahan dua bendera, yakni bendera merah putih dan Bendera NU.

Selanjutnya, rombongan bersama dengan Wakil Walikota dan pengurus serta kader NU Blitar berdoa di pusara makam Bung Karno.

Koordinator rombongan kirab, Isfah Abidal Aziz mengatakan, hanya di Indonesialah Islam dan nasionalisme bisa bersatu. Bung Karno adalah salah satu sosok penting di balik bersatunya Islam dan nasionalisme.

“Bung Karno, Kyai Haji Hasyim Asyari dan NU tidak dapat dipisahkan dari terbentuknya NKRI. Jadi yang membuat NKRI kuat sampai hari ini selain TNI dan Polri adalah NU dan kaum nasionalis,” kata Aziz.

Keharmonisan antara NU dan nasionalis, kata Aziz, harus terus dijaga dan dipelihara.

”Jangan sampai ada yang mengadu domba antara NU dan nasionalis. Kekompakan ini harus terus kita jaga,” imbuhnya.

Sementara itu, Wakil Walikota Blitar, Santoso menyampaikan, kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan menyambut hari santri tanggal 22 Oktober yang telah ditetapkan presiden. Melalui kirab ini santri menunjukkan mereka punya peran besar dalam berdirinya NKRI.

“Ini adalah peristiwa besar, Negara mengakui peran besar santri di era perjuangan kemerdekaan dan pembangunan. KH Hasyim Asyari pun pernah berucap, perjuangan santri melawan penjajah adalah jihad,” tandas Santoso.

Sekitar pukul 13.00 WIB,  Rombongan Kirab Resolusi Jihad NU berangkat menuju Tulungagung. Hujan mengiringi langkah keberangkatan mereka ke Kota Marmer. Meski begitu, motivasi mereka tidak luntur dan tetap mengepakkan langkah dengan penuh semangat. (jun)