Solo, BuletinNusantara – Ratusan pelukis dari seluruh penjuru negeri dan beragam latar belakang meramaikan Indonesia Painting Contest (IPC) 2019. Kontes yang digelar oleh NU Gallery di Taman Balekambang Surakarta (13/4) tersebut, mengangkat tema “Ethnic and Culture” sebagai wujud menjaga, melestarikan dan menyegarkan kembali ingatan terhadap kekayaan etnik dan kebudayaan Indonesia.

Ketua Panitia Indonesia Painting Contest 2019, Andreas Erwan Setyabudi menuturkan, Kontes ini dilaksanakan setiap tahun sekali. Kali ini mengangkat tema “Etnic and Culture” dengan maksud menantang para pelukis untuk mengejawantahkannya ke dalam sebuah kanvas.

Kontes ini, lanjutnya, diikuti oleh pelukis dari berbagai latar belakang. “Kami tidak membatasi umur dalam kontes ini. Siapapun dapat ikut. Menariknya, ada anak kecil hingga pelukis difabel yang ikut berkompetisi,” ungkap Andreas.

Andreas meyakini, setiap pelukis selalu memiliki pandangan unik terhadap segala hal. Mereka dapat memaknai etnik dan budaya hingga inti, kemudian menggambarkan sebuah makna itu melalui alat lukisnya.

Senada dengan Andreas, Founder NU Gallery sekaligus inisator IPC, Muchamad Nabil Haroen atau yang akrab disapa Gus Nabil mengungkapkan, agenda ini, selain sebagai ajang silaturrahmi para pelukis dan melestarikan etnik serta budaya bangsa, juga untuk menemukan pelukis-pelukis muda yang berbakat.

“Banyak sekali tunas-tunas bangsa yang berbakat dalam dunia lukis. Mereka harus diberikan wadah dan kesempatan untuk menunjang keahliannya. Kompetisi adalah salah satu caranya. Dengan ikut berkompetisi, mereka dapat berinteraksi dengan pelukis-pelukis lainnya yang lebih senior,” ungkap Gus Nabil.

Selain itu, bagi Gus Nabil, acara ini dilaksanakan sebagai ajang untuk menyegarkan ingatan kita terhadap kekayaan etnik dan budaya Nusantara. “Kita dikenal bangsa lain karena banyaknya keragaman etnik dan kebudayaan yang kita miliki. Jangan sampai, rasa bangga itu membuat kita lalai untuk menjaga dan melestarikannya,” kata lelaki yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa tersebut.

Kepala Dinas Kebudayan Kota Surakarta, Kinkin Sultanul Hakim mengapresiasi, acara ini punya makna penting dan strategis. Lukisan para pelukis butuh ruang, butuh dipamerkan dan inilah salah satu wadah yang sangat penting bagi para pelukis.

“Acara ini harus terus ada. Dengan acara seperti ini, apresiasi yang sangat nyata untuk para seniman,” ujar Kinkin.

Salah satu peserta kontes yang melukis menggunakan kaki, Sadiqin Pard, mengungkapkan kegembiraannya lantaran dapat berpartisipasi dalam IPC. “Saya senang sekali karena masih banyak orang yang peduli terhadap para pelukis dan seniman pada umumnya,” ujar Sadiqin.

“Saya ikut kontes seperti ini tidak untuk menjadi juara, melainkan ingin bertemu dengan teman-teman pelukis lainnya. Bisa bertukar pikiran dan ilmu-ilmu yang baru. Selebihnya, saya dapat merefleksikan kritik sosial ke dalam kanvas,” pungkas Sadiqin.