PALU – Diskursus mengenai hubungan diplomasi dengan Israel terkait isu Palestina kian membelah dalam dua kutub. Dinamika yang berkembang jelang Muktamar NU, satu pihak menjalankan diplomasi tertutup dengan membatasi kerjasama dengan Israel. Di pihak lain berpendapat, masih dibutuhkan diplomasi terbuka dua arah dengan Negara yang kerap berkelit janji itu.
“Itu saya setuju dengan Pak Kiai Said. Kenapa sangat tidak membuka ruang kerjasama dengan Yahudi? Alam bawah sadarnya sudah Al-Qur’an. Beliau pijakannya Nash,” jelas Ketua PWNU Sulawesi Tengah DR KH Lukman S Taher disela MKNU di Hotel Swiss-bel Silae, di Palu, Jum’at siang, 29 Oktober 2021.
Sebelumnya, menyitir beberapa ayat muhkamat, Ketua Umum PBNU Kiai Said Aqil Siroj menjelaskan bahwa adanya suatu kaum yang sangat membenci Islam jauh hari sudah dinyatakan sendiri oleh Allah dalam Al Qur’an.
Gerakan politiknya licin dan massif dalam mempengaruhi keimanan dan akidah. Mereka, ungkap Kiai Said, tidak akan mudah menyerah sampai umat Islam benar-benar menghinakan diri sehingga mengikuti millah mereka. Mereka, juga tidak pernah benar-benar menginginkan perdamaian.
“Inilah kenapa saya tegas menolak berhubungan dengan mereka. Sejarah sudah banyak membuktikan, mereka ini sulit dipercaya,” urai Kiai Said.
Ketua Panitia MKNU yang juga Wakil Sekretaris PWNU Sulteng Ali Hafidz berpendapat, membangun nalar moderat memang tidak cukup dengan modal sikap inklusif dan anti ekstrem semata.
Moderasi dalam konteks aswaja harus berangkat dari pemahaman yang mumpuni mencakup isi dan sanad akidah Asy’ariyah, Maturidiyah, dan seperti apa konstruksi fiqih Syafi’iyah.
“Soal ideologi, kita sangat membutuhkan penjelasan-penjelasan yang mendalam dan luas seperti disampaikan Kiai Said. Dari situ kita bisa punya perspektif,” paparnya.
Di kutub berbeda, KH Yahya Cholil Staquf atau biasa dipanggil Gus Yahya, terus mendorong untuk membuka hubungan bilateral dengan Israel. Katib ‘Aam PBNU ini sempat menuai kritik tajam lantaran lawatan pribadinya ke beberapa elit zionis Israel.
Dialektika seputar positioning NU menyoal agresi tanpa henti Israel atas Palestina ini mengemuka seiring rivalitas KH Said Aqil Siroj dan KH Yahya Staquf yang kian menghangat jelang Muktamar ke-34 NU di Lampung. (riz/dit)