Jakarta, Buletinnusantara – Petugas PPSU (Penanganan Prasarana dan Sarana Umum) bernama Taka (43) menjadi korban tabrak lari di Jalan Yos Sudarso, Jakarta Utara. Gubernur Anies Baswedan mengaku sangat berduka. Anies lantas menggoreskan perasaanya dalam puisi.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pun di tengah kesibukannya  menyempatkan diri untuk mendatangi rumah duka di kawasan Pengangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

“Petugas kita namanya Taka, tadi pagi wafat korban kecelakaan. Yang mana sejauh ini informasinya tabrak lari prosesnya sedang diinvestigasi,” ucap Anies usai Takziyah pada Kamis (23/7/2020).

Orang nomor satu di Jakarta itu  meminta kepada pelaku ambil sikap tanggung jawab dan jangan jadi pengecut dengan melarikan diri. Karena di balik kejadian ini, ada dua anak yang sekarang menjadi yatim karena korban tabrak lari tersebut.

“Jadi saya minta pelaku untuk serahkan diri ambil sikap tanggung jawab tidak mungkin bisa lari dari tanggung jawab mungkin di dunia bisa bebas tapi di akhirat harus bertanggung jawab,” ungkapnya.

Melalui akun Facebook pribadinya, Anies pun meluapkan perasaannya itu dengan menuliskan sebuah puisi. Berikut lengkapnya:

Hai kau Pengecut…!!

Dari persembunyianmu, kau buka berita-berita online. Carilah berita soal petugas PPSU Jakarta.

Lalu…

Lihatlah wajah Cantika, bayi 3 bulan, ia kini yatim…

Lihatlah wajah anak Melati, ia kini yatim

Lihatlah wajah istrinya, ia kini janda

Mereka adalah istri dan anak dari petugas kebersihan yang kau hajar dengan motormu tadi pagi. Dia terkapar, tak lagi bernyawa. Dan kau ngacir… lari!!

Bukan cuma lepas tanggung jawab, kau menghina diri sendiri. Menghinakan Ibumu, orang tuamu. Seakan ibumu, ayahmu tidak pernah mendidikmu soal tanggung jawab.

Kau pergi tanpa jejak. Jangankan mengurus ke rumah sakit, ikut berhentipun tidak. Kau tinggalkan ia terkapar di jalanan, kau pikir yang kau tabrak itu gelondongan kayu!??

Ketahuilah, dia manusia, namanya Taka. Umurnya 43 tahun. Dia adalah ayah, dia suami. Dia pekerja keras. Dia berjuang untuk keluarganya. Tiap pagi, jam 3 dini hari dia berangkat dari rumah. Dia membersihkan jalanan disaat mayoritas masih  terlelap.

Sejak pagi air mata istri dan anaknya mengalir tanpa batas. Bayi umur 3 bulan ini digendong dan ditatap sendu oleh ibunya. Bayi itu terus menerus senyum, tidak ada suara tangis darinya; seakan menghibur ibunya yang sedang runtuh perasaannya, menghibur kakaknya yang sedang duka tak terbatas. Bayi itu dinamai ayahnya: Cahaya Cantika. Bayi itu kelak hanya bisa lihat foto ayahnya.

Keluarga amat sederhana itu siang tadi pulang ke Indramayu, membawa pulang jenazah suami dan ayahnya. Ratusan petugas PPSU ikut melepas. Bayi Cantika digendong ibunya, duduk di kursi depan. Saat sirene berbunyi, kendaraan bergerak, dan suasana haru memuncak. Taka diantar pulang ke kampung halaman untuk selamanya…

Hai Kau penabrak lari…  Datangi kami, laporkan diri. Ambil tanggung-jawab. Mintalah maaf dari keluarganya dan ampun dariNya. Lalu, hadapi hukum dan pengadilan di tanah ini. Semoga itu bisa meringankan bebanmu.

Tapi kalau Kau terus sembunyi. Ingat, Kau mungkin bisa melarikan diri dari tanggung-jawab di dunia, tapi ingat kau tidak akan bisa lepas dari tanggung-jawab dihadapan Allah Sang Maha Menghakim, Al Hakam. Jangan harap kau bisa ngacir dari pengadilanNya.

Buat kita semua, doakan Taka. Doakan keluarganya. Almarhum Taka ditinggikan derajatnya di sisi Allah, dimuliakan tempatnya, dan dilipatgandakan hitungan pahala atas setiap amalnya.

Demikian ungkapan kekesalan Anies, yang diluapkan melalui puisi.

(Aris.PJ)