Aceh, BuletinNusantara – Tiga akademisi FIB Universitas Indonesia, Bastian Zulyeno, Ghilman Assilmi, dan Chaidir Ashari melakukan penelitian lanjutan tentang nisan-nisan kuno yang ada di Aceh Utara. Penelitian ini merupakan penelitian tahun kedua setelah penelitian terakhir pada Agustus 2017 di Barus, Sumatera Utara, (15/8).
Hasil pada penelitian sebelumnya memperlihatkan nisan-nisan yang ada di pemakaman kuno di Barus memilki kesamaan bentuk dan inskripsi dengan yang ada di kawasan Asia Tengah.
“Saat saya melakukan pra-riset dan tinjauan lapangan pada Juni lalu yang didampingi langsung oleh Dubes Indonesia untuk Azerbaijan. Kami mengunjungi pemakaman kuno yang terletak di kawasan Sundu dan Maraza, Azerbaijan, nisan-nisan di sana memiliki kemiripan baik dari bentuk dan inskripsi dengan yang ada di Barus Sumatra Utara,” kata Bastian Zulyeno dosen Sastra Arab UI yang juga pakar sastra Persia, di Banda Aceh, Rabu (15/8).
Ghilman Assilmi mengatakan, hasil dari peneltian lapangan yang sedang kami lakukan di Aceh Utara saat ini menunjukkan bahwa nisan-nisan yang ada di Aceh Utara tersebut memiliki dua tipe.
“Setelah tujuh hari melakukan pengamatan di lapangan, bahwa nisan-nisan yang tersebar di wilayah Aceh Utara tersebut jika dilihat dari bentuk dan materialnya terbagi ke dalam dua tipe umum, yakni tipe Aceh atau local dan juga tipe yang mendapat pengaruh dari luar. Diperkirakan pengaruh luar terhadap bentuk nisan yang ada berasal dari wilayah Asia Tengah dan Timur Tengah,” kata Ghilam Assilmi yang juga dosen Arkeologi Islam UI.
Diketahui sebelumnya bahwa Dubes RI untuk Azerbaijan menggandeng beberapa peneliti dan dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI untuk melakukan penelitian bersama di beberapa kota di Azerbaijan.
“Saya selaku Dubes RI di Azerbaijan yang dibantu para dosen dan peneliti dari FIB UI akan mengadakan penelitian tentang sejarah masuknya Islam di Indonesia. Dalam hal ini yang berkaitan dengan material culture yang berada di Indonesia dan Azerbaijan. Adanya kemiripan di antara material culture di kedua Negara tersebut menunjukkan kemungkinan besar pengaruh Kaukasus dalam proses masuknya Islam ke Nusantara,” kata Husnan Bey Fananie yang beberapa pecan lalu mendapatkan gelar profesor kehormatan dari Azerbaijan University of Languages.
Diketahui bahwa masyarakat Islam Indonesia merupakan mayoritas di negerinya dan di dunia, namun sejarah masuk dan berkembangnya agama ini untuk pertama kali di wilayah ini masih menjadi bahan perdebatan.
Sampai kini, belum ada kesepakatan di antara para sejarawan mengenai awal kedatangan Islam serta juga asal pembawa ajaran tersebut. Sementara ini teori-teori yang ada tentang masuknya Islam ke Nusantara atau kepulauan Indonesia dapat dibagi menjadi dua kategori.
Kategori pertama menyebutkan bahwa penyebaran agama Islam ke Indonesia telah terjadi pada abad ke-7 M, yang berarti hampir bersamaan dengan meluasnya kekuasaan daulah Islamiyyah di bawah kekuasaan Bani Umayyah (661-750) keluar wilayah Jazirah Arab yang sekarang disebut sebagai “Timur-Tengah”.
Pendukung teori pertama ini antara lain: W.P. Groeneveldt, T.W. Arnold, Syed Naquib Al-Attas, J.C. van Leur, Hamka, danUka Tjandrasasmita. Sedangkan kategori teori kedua mengatakan bahwa penyebaran Islam ke wilayah kepulauan Indonesia baru terjadi pada abad ke-13 M. Pendukung dari kategori teori kedua ini antara lain: C. Snouck Hourgronje, R.A. Kern, J.P. Moquette, dan Haji Agus Salim. Artinya Islam menyebar ke Nusantara pada masa BaniAbasiyyah (750-1258 M) menjadi penguasa di Timur Tengah.
Salah satu sumber yang dianggap paling kuat untuk menelusuri jejak awal kedatangan Islam di Nusantara melalui kajian terhadap nisan-nisan, karena budaya materi inilah yang masih bertahan hingga saat ini di samping peninggalan arsitektur dan naskah kuno.
Dubes RI juga menambahkan, penelitian ini akan menghasilkan sebuah paradigma baru tentang sejarah masuk Islam di Indonesia, yang selama ini masih bisa dan didominasi oleh teori Gujarat dan Timur Tengah.
“Kami dan tim berkeyakinan pada awal-awal kedatangan Islam di Nusantara, ada wilayah lain selain Gujarat dan Timur Tengah atau Arabia yang ikut menyebarkan Islam di Indonesia,” kata Husnan Bey Fananie.
Sumber: NU Online