BuletinNusantara.com, Jakarta – Sebagai bentuk kepedulian warga negara Indonesia yang berada di Belanda terhadap musibah di Lombok, NU Care-LAZISNU Cabang Istimewa Belanda melakukan penggalangan dana, yang kemudian disalurkan langsung ke NU Care-LAZISNU Pusat.
Penyaluran bantuan diserahkan oleh Wakil Rais Syuriyah PCINU Belanda Fachrizal Afandi kepada Ketum PBNU Kiai Said, pada acara Peluncuran Buku Peta Jalan NU Abad Kedua di Gedung PBNU, Jakarta, Senin (13/08) malam.
“Alhamdulillah, sampai hari ini PCINU Belanda telah mengumpulkan dana sebesar 1703 Euro. Itu per siang tadi. Sampai detik ini, pengumpulan tetap dijalankan. Animo masyarakat di Belanda, baik Nahdliyin maupun di luar Nahdliyin itu cukup besar. Animo mereka disalurkan lewat LAZISNU PCINU Belanda,” ungkap Afandi.
Afandi menyampaikan, di Belanda, penggalangan dana juga dilakukan lewat pertunjukkan musik dan budaya.
“Saya dengar ada mukimin di Belanda sedang melakukan penggalangan dana lewat musik budaya. Dan nantinya akan disalurkan juga untuk membantu saudara-saudara kita yang ada di Lombok, yang sedang kesusahan karena ada bencana gempa bumi,” ujar mahasiswa jenjang doktoral Universitas Leiden Fakultas Hukum itu.
Penggalangan dana sudah dilakukan selama seminggu dan menyasar masyarakat secara umum.
“Mulai tanggal 6 Agustus. Itu kita juga di luar ekspektasi karena tidak hanya mahasiswa, Nahdliyin yang ada di Belanda. Bahkan masyarakat non muslim juga menitipkan uang sumbangannya ke kita,” kata Afandi.
Selain menggalang dana untuk bantuan ke Lombok, NU Care-LAZISNU Belanda juga mengumpulkan dana demi menguatkan dakwah Islam Nusantara di Belanda.
“Dengan dana LAZISNU, bisa membantu teman-teman mahasiswa KKN selama di Belanda. Fasilitias tempat tinggal, transportasi. Ada enam orang dari UIN Sunan Ampel. Semoga ke depan UNU. Mereka disebar ke beberapa kota, Rotterdam, Den Haag, Amsterdam, Leiden, Wageningan. Enam orang ini kita sebar untuk memperkuat dakwah Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah atau yang biasa disebut Islam Nusantara itu,” papar Afandi.
Dosen di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya itu juga menjelaskan, LAZISNU baru bergerak di tahun 2018 ini, namun gerakannya cukup baik.
“Belum satu tahun sebenarnya. Salah satu kenapa LAZISNU cukup baik, karena sosok ketuanya, Muhammad As’ad dosen Unhasy, yang memiliki ghiroh untuk melakukan filantropi cukup baik. LAZISNU minimal bisa sama dengan lembaga filantropi yang sudah mapan sekarang. Kalau bisa, lebih besar, karena potensi NU luar biasa. Mungkin Faktor manajemen dan struktur organisasi. Barangkali ke depan bisa dipikirkan jadi Banom, agar mandiri,” harapnya. [Wahyu Noerhadi]