Buletinnusantra – Ramainya Isu Muktamar digelar pada tahun 2021 membuat PCNU Kabupaten Jepara turut menyampikan pendapatnya.

“Melihat dan mencermati antusiasme nahdliyyin – nahdliyyat berkenaan dengan rencana dan persiapan Muktamar ke-34 NU di Lampung, kami berdoa dan berharap kiranya penyelenggaraan even akbar NU tersebut benar-benar bisa memberikan dampak baik bagi kemaslahatan nahdliyyin pada khususnya, dan kemaslahatan umat pada umumnya,” kata  Rois Syuriah PCNU Kabupaten Jepara, KH Ubaidillah Noor Umar

Terkait hal ini, perkenankan kami menyampaikan, pertama; mengingat situasi pandemi yang masih belum sepenuhnya terkendali, kami berharap semua tetap bisa mengedepankan hati nurani dan rasionalitas untuk menjadikan prioritas keselamatan jiwa (hifd annafs) di atas segala-galanya. Menjaga keselamatan jiwa, bagaimanapun, adalah bagian dari menjaga agama itu sendiri.

Kedua, berangkat dari hati nurani dan akal sehat ini, tidak ada ruginya apabila semua elemen, sekali lagi,  mendengar dan menela’ah penjelasan dari para ahli dan tentu saja penjelasan Pemerintah, terkait perkembangan penanganan Covid-19. Jangan sampai kerja keras semua pihak untuk mengendalikan dampak pandami ini sia-sia hanya lantaran kurangnya kita mendengar dan bersabar.

Ketiga, tanpa bermaksud membandingkan, penyelenggaraan ibadah haji 2021 yang kami rasa jauh lebih krusial bisa dan telah ditunda semata memperhatikan aspek perlindungan jiwa para jama’ah. Muktamar NU yang bersifat agenda intern organisasi, hemat kami juga bisa menggunakan pendekatan/kaidah yang sama.

Keempat, kami berpendapat, selain faktor persiapan dan kesiapan internal, kondisi faktual pandemi, amat penting sebagai bahan pertimbangan waktu penyelenggaraan Muktamar. Harapan kami, Muktamar ke-34 NU dapat digelar selambatnya pada triwulan pertama tahun 2022, atau menyesuaikan dengan rekomendasi Satuan Tugas Penanganan Covid-19.

Kelima, tanpa mengurangi ta’dzim kami kepada para masyayikh, figur Rais ‘Aam yang memanggul fungsi sentral dalam melakukan ishlah (perbaikan) dan ri’ayah (pemeliharaan) sebagaimana yang pernah diperankan KH Ahmad Mustofa Bisri semasa 2014 – 2015 kami rasa masih cukup kontekstual dan dibutuhkan.