Buletin Nusantara – Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah, KH. Ubaidillah Shodaqoh atau yang akrab disapa Gus Ubed mengatakan salah satu cara mendoktrin seseorang yang biasa dilakukan oleh mereka agar mau menyakini tindakan ekstrimisme sebuah kebenaran dalam agama adalah dengan cara mendalilkan ayat yang sama tetapi terus berulang-ulang sehingga dengan sendirinya akan menyakini tindakan tersebut.
Hal itu disampaikan saat mengisi materi Peningkatan Kapasitas Moderasi Beragama Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) tingkat SMA/SMK bekerja sama dengan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Santri Nusantara (P3SN) dengan Direktorat Pendidikan Agama Islam Kementrian Agama RI di Hotel MG Setos, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (19/11/2021).
“Orang yang semangat belajar agama, ingin mendalami agama sebagai pendoman hidupnya, itu bagus, tapi kalo ketemu guru yang mengajarkan gerakan radikal justru sangat berbahaya,” ungkap Gus Ubed yang juga pengasuh pondok pesantren Bugen Al-Itqon Kota Semarang itu.
Untuk itu, menurut Gus Ubed, meminta kepada guru-guru PAI yang tersebar di lembaga pendidikan agar mampu mempelajari agama dengan baik sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang toleran.
Kabid Pendidikan Islam Kantor Wilayah Kementrian Agama Povinsi Jawa Tengah, Imam Buchori saat membuka acara mengatakan sebagai seorang guru maupun birokrat pemerintah sudah harus berkomitmen kepada nilai-nilai kebangsaan dengan menguatkan karakter moderasi beragama.
“Harus dipastikan dulu nilai-nilai kebangsaannya, itu perlu diuji juga sebagai seorang guru maupun pemerintahan,” ujar Imam.
Ia juga menghimbau kepada guru-guru untuk tidak tertarik dengan isu-isu khilafah yang sampai saat ini masih berkembang. Menurutnya, untuk meningkatkan mutu pendidikan harus dipastikan terlebih dahulu komitmennya kepada kebangsaan. Karena itu bagian dari pondasi yang harus dibangun kokoh oleh guru maupun yang lainnya.
Selain itu, ketua P3SN Khaidar Tantowi mengatakan survey yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2020 lalu mengungkapkan bahwa pintu masuk gerakan ekstrimisme melalui kaum milenial jenjang SMA dan SMK. Menurutnya, sehingga penting membuat membentengi generasi muda, khususnya di lingkungan sekolah karakter moderasi beragama.
“Untuk itu, kegiatan moderasi beragama menyasar kepada guru-guru PAI tingkat SMA/SMK, sehingga para guru dapat membentengi warga sekolahnya untuk tidak terpapar radikalisme, mengajak cinta tanah air, memperkokoh nilai kebangsaan, dan nasionalisme” ujar Khaidar.
Dari kegiatan tersebut, Khaidar juga berharap dari kegiatan ini para guru dapat memberikan dampak nyata terhadap sikap moderasi beragama sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang kuat akan sikap toleransi.
Kontributor : Erik Alga Lesmana