BuletinNusantara.com, Sorong – Pagi itu, Kamis (12/07), anak-anak berkumpul di bangunan kayu tempat mereka belajar, di SD Al-Ma’arif Maibo, Sorong, Papua Barat. Seketika itu terdengar sorak sorai di balik ruang kelas yang amat sempit itu.
“Dari Sabang sampai Merauke. Berjajar pulau-pulau…” Begitu lantang nyanyian itu dilantunkan anak-anak untuk menyambut kedatangan tim NU Care-LAZISNU.
Kedatangan tim NU Care-LAZISNU ke SD yang terletak di Kelurahan Maibo, Kecamatan Aimas, Kabupaten Sorong itu tak lain adalah untuk menyalurkan bantuan tahap kedua dari hasil penggalangan dana NU Care melalui platform crowdfunding Kitabisa.com.
Manajer Fundraising NU Care, Nur Rohman mengungkapkan, penyaluran bantuan tersebut merupakan realisasi dari Program Pendidikan, yang menjadi satu dari 4 (empat) Pilar Program NU Care-LAZISNU.
“Hasil dari penggalangan dana ini mudah-mudahan bisa membantu kebutuhan pembangunan sekolah yang lebih layak. Semoga bantuan ini juga dapat memfasilitasi semangat belajar adik-adik kita semua di timur Indonesia,” harap Rohman, usai menyerahkan bantuan secara langsung kepada kepala sekolah SD Al-Ma’arif 01 Klabinain, Maibo.
Rusmi, selaku kepala sekolah menjelaskan bahwa sekolah itu awalnya adalah sekolah darurat yang dibangun karena adanya perpindahan suku Kokoda ke Maibo. Sekolah darurat, lanjut Rusmi, didirikan atas inisiatif penduduk setempat bersama para pengurus NU setempat supaya anak-anak suku Kokoda bisa tetap melanjutkan pendidikan.
“Kami sangat berterima kasih atas kunjungan NU Care-LAZISNU ke SD Al-Ma’arif Maibo. Beginilah kondisi kita,” ujar Rusmi.
Sekertaris PCNU Kabupaten Sorong, Heri menyatakan, bangunan SD Al Maarif 1 Klabinain sejak awal didirikan hanya terbuat dari balok kayu, dan lantai sekolah masih beralaskan tanah, dan dinding sekolah hanya terbuat dari balok kayu.
“Celah-celah pada dinding kayu membuat angin dan debu mudah masuk. Belum lagi atap bangunan yang tak mampu menutupi langit-langit madrasah secara utuh. Maka, ketika hujan turun sudah dipastikan lantai yang masih beralaskan tanah liat itu becek dan jadi berlumpur. Kondisi seperti itu kerap menjadikan jam belajar harus diliburkan,” terang Heri, yang juga Ketua Pelaksana pembangunan sekolah.
Heri menambahkan, saat ini pembangunan sekolah sudah pada tahapan penyelesaian pengurukan tanah dan finalisasi pondasi.
“Semoga kedatangan tim dari Jakarta ini menjadi semangat baru untuk murid-murid di sini,” tutup Heri. [AF]