Jakarta, buletinnusantara – Wakil Ketua Parlemen Maroko, Rachida Benmassauoud berharap bisa belajar demokrasi dari Indonesia dan mempererat hubungan parlemen kedua negara. Rombongan parlemen Maroko ingin mendalami demokrasi Indonesia yang sudah maju, karena Maroko sedang dalam masa transisi demokrasi. “Meskipun perkembangan Maroko baik tapi satu masalah transisi demokrasi yang tidak mulus karena ada masalah dengan Aljazair soal perbatasan, saat ini kami perlu solusi politik yang adil sesuai konvensi PBB, kami meminta Indonesia mendukung solusi politik tersebut,” ungkap Rachida di hadapan Ketua Dewan Perwakilan Daerah, Irman Gusman pada kunjungan resminya pada Rabu (31/8), di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta.

Sementara itu, Irman Gusman mengatakan walaupun Indonesia sudah delapan belas tahun berdemokrasi dan menjadi negara demokrasi terbesar ketiga setelah India dan Amerika, namun saat ini Indonesia masih berjuang untuk melawan kemiskinan, kesenjangan dan pengangguran. Irman menambahkan meskipun Indonesia masih berproses, ia merasa terbuka untuk berdiskusi mengenai demokrasi yang baik. “Indonesia secara ekonomi makro menjadi enam belas terbesar di Indonesia, demokrasi yang baik seharusnya membawa kesejahteraan masyarakat, tapi tantangannya adalah kesejahteraan Indonesia itu harus merata. Kami masih berproses dalam membangun demokrasi yang berbasiskan nilai-nilai budaya”, ujar Irman.

Iqbal Parewangi (Ketua Badan Kerjasama Parlemen DPD RI/Anggota DPD RI dari Sulawesi Selatan) mengatakan selain peningkatan hubungan kerjasama parlemen sebagai kedua negara dengan basis keislaman, juga perlu ditingkatkan ekspor terbesar ke Maroko yaitu kopi, serta hubungan kerjasama kelautan dan perikanan. Anggota DPD RI yang turut hadir dalam acara tersebut adalah Habib Ali Alwi (Ketua PURT DPD RI/Anggota DPD RI asal Banten), Nofi Candra (Wakil Ketua PURT DPD RI/Anggota DPD RI dari Sumatera Barat).