Jakarta, Buletinnusantara.com – Peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW bermakna besar bagi pembentukan pribadi serta keimanan seorang Muslim dalam menyebarkan nilai Cinta Kasih pada sesama. Karena Nabi Muhammad SAW diutus sebagai Kasih sayang untuk semua umat manusia, rahmatan lil ‘alamin. Karenanya peringatan kelahiran Nabi atau maulid harus jadi momentum untuk saling mengasihi dan mencintai.
Demikian ketua Lembaga Dakwah PBNU KH. Maman Imanul Haq dalam acara Maulid di Ponpes Al-Mizan Jatiwangi, Minggu 11/12 2016.
Kyai Muda yang akrab disapa Kang Maman inu menambahkan bahwa saat membuncahnya aksi kebencian dan kekerasan atas nama agama, Maulid Nabi harus jadi bahan refleksi diri untuk kembali menghadirkan “Nur Muhammad” yang mencerdaskan dan menguatkan umat.
Sejarah Maulid
Dalam acara tersebut Kang Maman memaparkan sejarah Peringatan Maulid Nabi.
Peringatan kelahiran Rasulullah SAW sejatinya bertepatan dengan 12 Rabiul Awal. Sementara dalam hitungan Masehi, Rasulullah terlahir tanggal 21 April 571 Masehi atau lebih dikenal dengan Tahun Gajah. Menurut Ibn Hajar Al-Asqalanî, asal dari Maulid tidak ditemukan dari para Salaf sejak kurun abad ketiga. Tetapi ada kemungkinan merupakan aktivitas yang baik dan bermanfaat.
Maulid Nabi seyogyanya mengukuhkan kesadaran umat untuk meneruskan perjuangan Nabi, yakni menyebarkan dakwah Islam yang mengajarkan prinsip keimanan serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Hal itu mengilhami Raja Arballes Mosul Irak, Abu Sa‘îd Muzhaffar, dan panglima perang Islam dalam Perang Salib, Salahuddîn Al-‘Ayyubî, untuk mengadakan seremonial Maulid. Cara ini sebagai upaya membangkitkan ketahanan mental yang tinggi serta membangkitkan semangat perjuangan dakwah Islam yang bertujuan membebaskan manusia dari kezaliman menuju cahaya.
” Dengan Maulid Nabi, marilah kita segarkan kembali spirit keagamaan kita sehingga keagungan dan keindahan Islam akan terus memancar bagi kehidupan dalam spektrum yang luas”, tutup anggota DPR RI dari F-PKB ini. (Aris)