Jakarta, BuletinNusantara – Lembaga Dakwah PBNU yang bekerjasama dengan Fatayat NU DKI Jakarta dan Yayasan Lathoif Qalbu mengadakan Maulid Akbar Nabi Besar Muhammad SAW di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (8/12).

Maulid Nabi ini mengusung tema Kita Tingkatkan Ukhuwah Wathoniyah untuk Mempererat Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hadir pada kegiatan ini Pengasuh Pesantren Ashhiddiqiyah Jakarta, KH Noer Muhammad Iskandar, Mursyid Tarekat Qadiriyah wan Naqsyabandiyah, KH Abdul Ghufron Al-Bantani, dan Ketua Jabhat Al-A’lam Islamy Libanon Syekh Zuhair Juaid.

Dalam sambutannya, Ketua panitia Ustadz Ali Yusuf menyebut Nabi Muhammad Saw sebagai kompas dan muara ketenangan. Hal tersebut disebabkan akhlaknya yang mulia.

Menurutnya, saat Nabi melarang menyakiti tawanan perang dan ketika seseorang telah dijatuhi vonis atau hukuman, Nabi Muhammad melarang untuk menghujatnya merupakan beberapa contoh akhlak Nabi Muhammad. “Inilah akhlak baginda Rasulullah yang perlu kita pelajari dan kita tiru,” ujarnya.

Ia berharap, kegiatan ini dapat mempererat ukhuwah wathoniyah, sehingga persatuan umat Islam khususnya dan rakyat Indonesia umumnya tetap terjaga.

Senada dengan Ustadz Ali Yusuf, Ketua PWNU DKI Jakarta H Syamsul Maarif, mengatakan, bahwa umat Islam dididik untuk menjadi manusia-manusia yang berakhlak. Akhlak menjadi penopang dalam upaya umat Islam berdakwah.

Ia menggambarkan bagaimana Nabi Muhammad dalam berdakwah tetap sabar sekalipun dilempari batu. Suatu ketika, seseorang yang sering melempari Nabi Muhammad dengan batu tersebut jatuh sakit dan Nabi menjenguknya.

Kedatangan Nabi Muhammad, sambungnya, membuat orang tersebut malu karena orang yang selama ini diperlakukan jahat berkunjung untuk menjenguknya.

“Inilah dakwah yang diajarkan oleh nabi kita Muhammad shalallahu alaihi wasallam,” ucapnya.

 

Nadi Sanjaya (Arya)