Jakarta, Buletin Nusantara
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Kiai Said Aqil Siroj dinilai telah berhasil membawa kapal raksasa bernama NU untuk menjadi organisasi yang benar-benar hadir untuk masyarakat. Selama dua periode menahkodai organisasi Islam terbesar di dunia tersebut, Kiai Said secara perlahan terus mewujudkan transformasi organisasi, salah satunya di bidang filantropi.
Sempat vakum, Kiai Said mampu merekonstruksi lembaga filantropi milik PBNU yaitu NU Care-Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah NU (LAZISNU) sehingga terasa ‘hidup kembali’ dengan eksistensi dan program kemanusiaan yang digulirkan bagi masyarakat pra sejahtera di berbagai pelosok Indonesia dan beberapa negara di dunia.
Misalnya pada 11 Juli 2019, PBNU menjadi sorotan warga dunia, karena mampu membebaskan seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Majalengka bernama Eti dari hukuman mati pemerintah Arab Saudi. Peristiwa itu bermula pada 2001, ketika Eti dituduh menjadi penyebab majikannya sakit hingga kemudian meninggal dunia. Keluarga majikan menuntut hukuman mati atau qishas diberikan kepada Eti.
Sebagai bentuk kepedulian, Pengurus Pusat NU Care-LAZISNU berinisiatif menghimpun dana khusus untuk pembebasan Eti. Hanya dalam 7 bulan, uang sebesar Rp 12,5 miliar terkumpul dan digunakan untuk membayar denda Eti. Akhirnya, mimpi 19 tahun agar terbebas dari hukuman mati terwujud, Eti dinyatakan bebas dari segala tuntutan dan berhak untuk kembali ke negara asalnya yakni Indonesia. Dari jumlah tebusan yang diminta majikan Eti, NU Care-LAZISNU mampu menyumbangkan 80 persen tebusan.
Prestasi lain yang dinilai berhasil memperkuat peranan NU di tengah-tengah masyarakat yakni distribusi bantuan yang diberikan PBNU kepada masyarakat kurang mampu melalui berbagai program. Tak tanggung-tanggung, besaran bantuan yang telah disalurkan PBNU setiap tahunnya mencapai miliaran rupiah.
Direktur Eksekutif NU Care-LAZISNU Abdur Rouf menuturkan, kelembagaan NU Care-LAZISNU cukup berkembang baik dalam kurun waktu 2010-2020. Menurutnya, hal tersebut dapat dilihat dari hadirnya program-program yang mampu direalisasikan secara optimal. Lebih jauh, penghimpunan zakat oleh NU terus mengalami kenaikan, diikuti dengan penyaluran dana zakat yang cukup maksimal setiap tahunnya.
Abdur Rouf menambahkan, tahun 2020 lembaga filantropi yang dipimpinnya itu berhasil menghimpun Rp 781.740.400.439.90. Dana zakat dan sedekah tersebut diperoleh LAZISNU dari koin NU yang ditaruh di tempat-tempat umum oleh pengurus LAZISNU daerah dan hasil kerja sama NU dengan berbagai pihak.
Menurut Rouf, dana zakat dan sedekah telah disalurkan secara merata kepada penerima manfaat (mustahik) melalui program bantuan sosial, kesehatan, pendidikan dan pemberdayaan ekonomi. Sedangkan jumlah dana zakat dan sedekah yang dikelola oleh PBNU tersebut selama tahun 2020 telah disalurkan sebesar Rp 732.186.921.139.66.
“Tentu saja, gerakan-gerakan LAZISNU ini semuanya berangkat dari kemampuan leadership Ketum PBNU Kiai Said Aqil Siroj dalam memberikan ruang seluas-luasnya, mengembangkan kreativitas dan kapasitas program-programnya,” kata Rouf kepada media, Minggu (28/11/2021).
Peran Kiai Said, lanjut dia, dengan mendukung adanya kerja sama antar NU Care-LAZISNU dengan berbagai pihak, baik itu swasta maupun perusahaan milik pemerintah. Kiai Said mengharapkan NU Care-LAZISNU berkolaborasi dengan pihak manapun untuk kemaslahatan masyarakat Indonesia.
“Ketum juga memberikan demokratisasi dan dukungan di dalam penguatan program-program LAZISNU misalnya dengan menjadi kemitraan dengan berbagai pihak, misalnya dengan BPKH, dengan Baznas dan perusahaan, baik BUMN maupun swasta, kemitraan itu tidak lepas dari peranan ketua Umum Kiai Said,” tuturnya.
Rouf menegaskan, setiap kepemimpinan Ketum PBNU mengalami momentum transformasi yang berbeda-beda. Saat PBNU dipimpin Kiai Said, berbagai prestasi muncul karena komitmen Kiai Said yang tinggi terhadap kemajuan organisasi.
“Periodenya Kiai Said yang pertama maupun yang kedua semua mengalami transformasi yang lebih baik yang lebih maju artinya tidak melangkah mundur,” ucapnya.