Magelang, Buletinnusantara – Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Magelang memberikan perhatian terhadap potensi erupsi Gunung Merapi, khususnya di tengah pandemi COVID-19. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap penyusunan dokumen rencana kontinjensinya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, diharapkan rencana kontinjensi (renkon) yang disusun saat ini dapat lebih realistis dan lebih fokus pada area terdampak. Ia juga menyampaikan bahwa fokus pada peningkatan kapasitas sesuai dengan jumlah penduduk yang akan mengungsi.
“Segala aspek diperhitungkan dalam peninjauan kembali renkon pada letusan gunung berapi. Dan berharap pada saat terjadi letusan pelayanan publik tetap berjalan sebagaimana sesuai dengan rencana tindak lanjut, semua dirancang dalam renkon ini karena kami menjalankan _sister village_,” tambah Edy dalam acara Review Rencana Kontinjensi Menghadapi Ancaman Letusan Gunung Merapi di Magelang, Jumat (4/9).
Edy menekankan bahwa strategi dari ancaman erupsi adalah mengungsi, namun tetap aman dari COVID-19.
Renkon letusan Gunung Merapi terakhir disusun pada 2017 lalu. Langkah kesiapsiagaan yang dilakukan dengan salah satunya dengan melihat kembali dokumen dan memutakhirkan sesuai dengan situasi terkini. Review dilakukan dengan memperhatikan adanya pandemi COVID-19 dan tetap mengutamakan konsep _sister village_.
Sementara itu, berdasarkan analisis Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), dari 19 desa yang berada di KRB (kawasan rawan bencana) 3 atau kawasan yang paling berbahaya, ada 10 desa yang harus mengungsi bila terjadi erupsi. Estimasi populasi penduduk 10 desa tersebut berjumlah 17.000 Jiwa.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Eny Supartini menyampaikan, Kabupaten Magelang sudah selangkah lebih maju dalam menyusun rencana kontingensi berbasis pandemi COVID-19.
“Dokumen rencana kontingensi ini harus menjadi dokumen yang hidup dan dapat digunakan saat terjadi letusan,” ucap Eny.
Ia mengatakan, menjadi tantangan bersama yaitu bagaimana membuat pandangan masyarakat bahwa kesiapsiagaan itu penting dan dijalankan.
Di sisi lain, Eny menambahkan terkait dengan potensi erupsi Gunung Merapi terhadap salah satu destinasi prioritas nasional, yakni Candi Borobudur. Borobudur sebagai keajaiban dunia tentu menjadi perhatian bersama.
Gunung Merapi yang saat ini tengah kembali aktif menjadi perhatian Pemda Magelang. Peningkatan aktivitas Gunung Merapi ini berdasarkan pengamatan dan informasi dari BPPTKG. Di samping itu, situasi dan kondisi pandemi COVID-19 saat ini menjadi salah satu perhatian pemda setempat dalam kesiapsiagaan menghadapi letusan Gunung Merapi.
Pada saat menutup kegiatan Review Rencana Kontinjensi Menghadapi Ancaman Letusan Gunung Merapi, Bupati Magelang Zaenal mengapresiasi BNPB dan BPBD karena tetap produktif dalam meningkatkan kesiapsiagaan di tengah pandemi COVID-19.
“Kita harus waspada dan menjalankan protokol kesehatan secara berkala sehingga dapat menekan angka penyebaran COVID-19. Mari bersama-sama bergotong-royong sesuai tugas dan fungsinya, bila dijalankan dengan ikhlas maka akan berjalan dengan baik dan bermanfaat,” ucapnya.
Rencana kontingensi atau renkon adalah salah satu bentuk kesiapsiagaan pemerintah daerah dalam menghadapi potensi ancaman bahaya. BNPB melalui Direktorat Kesiapsiagaan melakukan pendampingan penuh kepada daerah dalam proses penyusunan maupun review dokumen renkon tersebut. []Aris.PJ