Ambon, Buletinnusantara – Hujan dengan intensitas tinggi menjadi salah satu pemicu banjir dan tanah longsor di Kota Ambon, Maluku, pada Sabtu (3/9). Hujan yang terjadi sejak pukul 18.00 waktu setempat itu mengakibatkan Sungai Batumerah meluap. Kerusakan beberapa rumah dilaporkan BPBD setempat akibat kejadian ini.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon memantau banjir terjadi sekitar pukul 20.00 WIT. Genangan teridentifikasi di beberapa desa di Kecamatan Sirimau dan Baguala, Kota Ambon. Saat terjadi banjir, tinggi genangan terpantau sekitar 50 – 100 meter. Namun demikian, genangan segera surut karena kondisi topografi kota yang berada di pesisir. BPBD setempat melaporkan 1 rumah rusak berat akibat banjir, sedangkan 5 lainnya rusak ringan tertimpa longsoran tanah.

Lokasi terdampak teridentifikasi berada di 4 kecamatan, yaitu Sirimau, Baguala, Nusaniwe dan Leitimur Selatan. Sebanyak 16 wilayah terdampak di tingkat administrasi desa dan kelurahan, antara lain Batumerah, Galala, Honipopu, Batu Meja, Uritetu, Hative Kecil, Ahusen, Amantelu, Batu Gajah, Negeri Lama, Latta, Passo, Mangga Dua, Kuda Mati, Urimessing dan Hutumuri.

Selain mengakibatkan kerusakan sektor pemukiman, banjir dan longsor menyebabkan warga terdampak. BPBD melaporkan 6 KK (7 jiwa) terdampak, sedangkan sejumlah warga 20 KK sempat dilaporkan melakukan pengungsian sementara di Gedung BLK Kota Ambon. Hingga hari ini (4/10), pendataan di lapangan masih berlangsung dan Sebagian pengungsi mandiri telah Kembali ke rumah.
Peristiwa ini tidak mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.

Kota Ambon termasuk wilayah dengan potensi bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi. Berdasarkan analisis InaRISk, setidaknya dua kecamatan dengan populasi terpapar sekitar 8.030 jiwa berada di wilayah dengan potensi tersebut.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dinin cuaca tiga harian, 3 – 5 Oktober 2020. Prakiraan cuaca pada hari ini (4/10) dan esok (5/10), Provinsi Maluku termasuk salah satu wilayah yang berpotensi hujan lebat dan disertai petir atau kilat serta angin kencang.

Dalam rilis BMKG pada 3 Oktober 2020 menyebutkan bahwa catatan historis menunjukkan bahwa La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40% di atas normalnya.

Namun demikian dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia. Pada Bulan Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera.

Selanjutnya pada Desember hingga Februari 2021, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara dan Papua.

Masyarakat diimbau waspada terhadap ancaman bahaya hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor. Kesiapsiagaan di tingkat keluarga dengan memiliki rencana darurat keluarga sangat dibutuhkan untuk terhindar risiko bahaya, misalnya langkah sederhana untuk penyelamatan ketika banjir, upaya antisipasi untuk mematikan jaringan listrik, menentukan rute evakuasi dan titik kumpul keluarga atau menyimpan dokumen penting di tempat yang aman.

Kewaspadaan dan kesiapsiagaan perlu digandakan mengingat masih terjadinya pandemi COVID-19. Hal tersebut perlu dilakukan Ketika warga harus melakukan evakuasi atau saat berada di pengungsian. Langkah pencegahan dengan penerapan protocol kesehatan menjadi syarat mutlak sehingga terhindar dari keterpaparan COVID-19.[]Aris.PJ