BULETIN NUSANTARA, JAKARTA – Kamis (30/9) Kendaraan yang menjadi saksi bisu pada peristiwa G30S/PKI , masih tersimpan dengan baik di beberapa museum, salah satunya di Monumen Pancasila Sakti, di Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur.
Di lansir dari Sindo.news, com di tempat tersebut tersimpan banyak koleksi benda bersejarah. Di antaranya mobil kuno pahlawan-pahlawan Indonesia. Mobil-mobil tersebut ternyata pernah digunakan oleh beberapa tokoh-tokoh pahlawan Indonesia, seperti Letnan Jenderal Ahmad Yani, dan mantan Presiden Soeharto ketika menjadi Mayor Jenderal TNI. Serta truk yang digunakan untuk menculik satu dari tujuh Pahlawan Revolusi.
Mobil berplat nomor 04-62957/44-10 ini menyimpan banyak kisah menarik mengenai perjalanan mantan Presiden Soeharto ketika masih menjadi Mayor Jenderal TNI. Salah satunya digunakan sebagai kendaraan untuk mengantarkan Mayor Jenderal TNI Soeharto dari satu tempat ke tempat yang lain ketika tengah menyusun strategi dalam menumpas G30S/PKI.
Selain itu mobil Jeep tersebut juga pernah digunakan saat Mayor Jenderal TNI Soeharto memimpin langsung jalannya pengangkatan tujuh jenazah Pahlawan Revolusi dari sumur tua.
Posisi mobil berdiri tepat di sisi kanan depan halaman Museum Pengkhianatan PKI. Kondisinta saat ini masih terlihat mulus. Aksesori pendukung seperti lampu utama, lampu spion, wiper, dan kaca spion kanan, masih terpasang di bodi mobil. Tidak diketahui pasti tahun produksi dari mobil dengan ban berdiamater besar tersebut.
Kendaraan jenis truk ini digunakan untuk menculik Brigjen TNI D.I Panjaitan di kediamannya di Jalan Hasanudin, Kebayoran Baru menuju Lubang Buaya.
Truk asal pabrikan Amerika Serikat ini sebenaranya kendaraan jemputan P.N. Arta Yasa, namun dirampas oleh gerombolan G30S/PKI ketika melintas di Jalan Iskandar Syah. Oman sebagai sopir truk mengaku ditodongkan senjata ketika melewati orang-orang yang berpakaian loreng.
Mobil berplat nomor B 2982 L ini merupakan produksi tahun 1961. Sekilas kendaraan tersebut masih terlihat mulus, semua perangkat dan aksesori pendukung masih terpasang. Tubuhnya didominasi oleh warna biru, kemudian dibagian belakang terpasang atap kain untuk melindungi penumpang di dalamnya dari terpaan angin, sinar matahari dan air hujan. (si/hud)