KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur jauh-jauh hari telah memprediksi bahwa akan datang sosok pria yang menjadi pemikir hebat, bahkan melebihi dirinya. Sosok tersebut ialah KH Said Aqil Siroj yang sekarang menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Demikian diceritakan Wakil Ketua MPR RI H Abdul Muhaimin Iskandar pada acara peluncuran Said Aqil Siroj (SAS) Institute di Hotel Arya Duta, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (1/8).

“Kiai Said jauh sebelum datang ke Indonesia, Gus Dur sudah woro-woro kepada generasi muda NU bahwa akan datang seorang pemikir hebat yang jauh daripada saya,” kata Muhaimin atau yang karib disapa Cak Imin itu.

Prediksi Gus Dur itu tidak meleset karena hari ini, pemikiran Kiai Said diakui banyak kalangan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kiai Said sering berpidato di luar negeri seperti di depan Raja Maroko Mohammed VI di istana Raja, di kota Cassablanca.

“Oleh karena itu, Kiai Said adalah memang harapan besar dari Gus Dur dan seluruh jamiyah Nahdlatul Ulama,” ucapnya.

Seperti Gus Dur, pemikiran Kiai Said yang melampaui zamannya juga akan berdampak pada ketidaksukaan banyak orang terhadap diri Kiai kelahiran Kempek, Cirebon, Jawa Barat itu.

“Suatu hari Gus Dur menyampaikan bahwa di antara muridnya, anak buahnya, suatu hari dibenci oleh banyak orang, bahkan melebihi Gus Dur. Kita semua tidak menyangka, ternyata Kiai Said,” kata Cak Imin.

Namun, sebagai pewaris Gus Dur, Kiai Said berani dan konsisten menyatakan kebenaran. Kiai alumnus Ummul Qura, Arab Saudi tersebut adalah pemimpin yang tidak pernah takut disebut jelek atau dipredikati negatif karena kebenaran dan keyakinan yang dimilikinya.

Atas keberanian itu, kata Cak Imin, sudah sangat pantas diwujudkan dengan cara membentuk lembaga SAS Institute ini. “Ini merupakan kebahagiaan bukan, hanya bagi Nahdlatul Ulama tapi juga ini kebahagiaan bagi bangsa Indonesia yang butuh Kiai Said di manapun berada,” pungkasnya.

#NUOnline