Jakarta, buletinnusantara – Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Dr. Sonny Harry B. Harmadi mengatakan, masyarakat Indonesia harus optimis bahwa kondisi akan bergeser dari pandemi menuju endemi. Syaratnya, menurut Sonny untuk bisa masuk kondisi transisi tersebut masyarakat melalui organisasi kemasyarakat seperti Fatayat NU, dan juga tokoh-tokoh agama, tokoh pemuda maupun tokoh perempuan harus turut berpatisipasi memberikan edukasi kepada masyarakat agar membantu menyukseskan target pemerintah dalam penanganan Covid-19.
“Kita bisa dikatakan masuk menjadi endemi ketika fatality rate kurang lebih dua persen setara rata-rata global. Kemudian, kasus aktif harus dapat ditekan hingga di bawah seratus ribu, positivity rate juga tak boleh lebih dari lima persen, kasus baru tidak lebih dari lima ribu, dan BOR di bawah 40%,” jelas Sonny dalam Webinar Hari Pahlawan yang diselenggarakan PW Fatayat NU DKI Jakarta bekerja sama dengan Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Minggu (14/11).
Menurut Ketua PW Fatayat NU DKI Jakarta, Kusnainik, sejatinya ada beda karakteristik pandemi dan endemi. Kusnainik mengingatkan bahwa endemi adalah penyakit yang muncul dan menjadi karakteristik di wilayah tertentu, misalnya penyakit malaria di Papua. Penyakit ini akan selalu ada di daerah tersebut, namun dengan frekuensi atau jumlah kasus yang rendah.
“Sementara pandemi adalah wabah penyakit yang terjadi serempak dimana-mana, meliputi daerah geografis yang luas mencakup secara global. Dengan kata lain, penyakit ini sudah menjadi masalah bersama bagi seluruh warga dunia,” tambah Kusnainik.
Aktivis Perempuan NU, Kartini Laras Makmur juga mengingatkan bahwa apabila endemi tidak diawasi dengan fungsi surveilans yang baik, maka ini akan menimbulkan peningkatan jumlah kasus yang tak terpantau. “Jika dibiarkan terus meningkat, maka bisa membuat endemi berubah menjadi epidemi atau wabah. Kita harus mulai menyiapkan transisi dari pandemi ke endemi dan juga mulai belajar hidup bersama dengan Covid,” katanya.
Wakil Khatib Syuriyah PWNU DKI Jakarta, KH Taufik Damas menambahkan, agar bangsa Indonesia bisa betul-betul mengkondisikan covid-19 sebagai endemi harus ada gotong royong seluruh unsur bangsa. Pemerintah tentu harus menjadi leading sector. Namun, iya menyatakan NU sebagai organisasi masyarakat juga siap untuk turut berkontribusi.
“Sebab ini bagian dari upaya kita menjaga hifdzun nafz. Makanya jama’ah NU dan seluruh masyarakat harus bersabar sedikit lagi. Jangan terpengaruh euforia libur akhir tahun, sehingga lupa menerapkan protokol kesehatan,” kata Taufik.
Lebih lanjut Taufik menuturkan, masyarakat harus tetap menjaga diri dengan menerapkan protokol kesehatan. Selain itu, bagi masyarakat yang belum vaksin harus segera vaksin agar prosentase yang ditargetkan untuk menuju endemi bisa tercapai.
Artis Shahnaz Haque yang juga hadir dalam webinar itu mengatakn, momentum hari pahlawan sangat tepat untuk refleksi diri dalam berkontribusi mendorong pandemi covid-19 di Indonesia menjadi endemi. Menurutnya, sifat kepahlawanan masyarakat terutama kaum ibu sangat strategis dalam upaya mendorong transisi menuju endemi ini.
“Seorang ibu itu penting sekali peranannya. Karena ibu memang yang selalu memperhatikan anak, suami, dan keluarga di rumah. Makanya sekarang ibu-ibu jangan hanya menjadi pahlawan bagi keluarganya. Melainkan saatnya ibu-ibu juga menjadi pahlawan bagi masyarakat,”