Jakarta, Buletinnusantara – Pelaksanaan Kongres ke XV Gerakan Pemuda Ansor, pada 25-28 November ini kian menarik. Kongres ini akan berlangsung di Pondok Pesantren Pandanaran Yogyakarta, yang merupakan salah satu pilar pesantren kaum nahdliyyin. Dengan demikian, Kongres GP Ansor kali ini mengusung isu penting yakni terkait kaderisasi dan semangat untuk kembali ke pesantren.
Dari bursa kandidat Ketua Umum, muncul beberapa nama yang mendapat dukungan dari beberapa Pengurus Wilayah (PW) dan Pengurus Cabang (PC). Hari ini, Senin (23/11/2015), tiga Pengurus Wilayah GP Ansor meliputi PW GP Ansor Aceh, Banten, dan PW Kalimantan Barat (Barat) memohon KH. Abdussalam Shohib untuk menjadi Ketua Umum GP Ansor. Ketiga PW tersebut juga siap menjalin komunikasi dari pelbagai PW dan PC untuk mendukung Gus Salam (panggilan akrab KH Abdussalam Shohib).
“Setelah saya cermati, Sahabat Abdussalam Shohib ini adalah kandidat yang paling ideal di antara calon yang ada. Sampai saat ini, Gus Salam masih menunjukkan konsistensi tinggi untuk mengabdi secara ikhlas di GP Ansor. Dia tidak terjun di politik praktis, namun memiliki jaringan tingkat tinggi di antara petinggi parpol dan pemuda lintas kelompok. Hal ini menunjukkan betapa dia mampu melakukan komunikasi politik yang baik, di antara elite dan kader. Ini yang menjadi keunggulan sahabat Abdussalam,” ujar Ketua PW GP Ansor Aceh, Samsul B Ibrahim.
Selama ini, Gus Salam dikenal sebagai kiai muda dan pemimpin lintas generasi yang ‘alim, memiliki wawasan luas dan menjadi penggerak. “Gus Salam ini selama ini sosok di belakang layar, beliau banyak mendidik kader-kader pesantren dan lintas organisasi untuk memperkuat ideologi, pergerakan dan manajemen politik. GP Ansor butuh sosok seperti beliau, yang mampu berkomunikasi antara elite politik, kiai pesantren dan kader di pelbagai wilayah. Juga, sesuai dengan misi NU sekarang ini, dengan mengusung Islam Nusantara dan Hari Santri,” terang Samsul.
Ketua PW GP Ansor Aceh ini menilai bahwa di tengah-tengah tingginya animo pemuda nahdliyyin untuk berpolitik di lintas partai politik seperti Golkar, PPP, Gerindra, PDIP, PKB, Nasdem, Demokrat, dan partai-partai politik lainnya, kehadiran Gus Salam sebagai tokoh yang dekat dengan semua kelompok menjadi strategis. Dengan demikian, GP Ansor pada akhirnya diharapkan benar-benar menjadi rumah besar para pemuda di seluruh Indonesia.
Selain itu, Samsul menilai Gus Salam memiliki karakter pemimpin yang memiliki simpati sekaligus empati, bukan pemimpin arogan. Kendati lahir dari trah keluarga pendiri Nahdlatul Ulama (NU), cucu KH Bisri Syansuri ini mampu membangun empati sesama kader Ansor se-Indonesia. Samsul mengungkapkan, Gus Salam mampu bergaul dengan luwes dan membangun komunikasi dua arah secara efektif, maka tak heran Samsul menilai sosok Gus Salam ini sudah mendapatkan banyak dukungan dari PW dan PC Ansor.
“Kalau Anda bertemu dengan dia, Anda tidak akan tahu bahwa sebenarnya Gus Salam itu cucu pendiri NU. Orangnya tidak sok elite dan membawa label Gus, sebagaimana putra maupun cucu kiai besar. Gus Salam itu sederhana, ramah, luwes, berwawasan tinggi dan mudah berkomunikasi dengan baik, dengan siapa saja. Ini sosok Ketua Ansor yang kami harapkan mampu merekatkan semua pihak,” pungkasnya.
Selain itu, Ketua PW GP Ansor Kalimantan Barat (Kalbar) Nurdin juga menyampaikan apresiasi yang sama. Baginya, dedikasi yang telah ditunjukkan oleh Gus Salam dalam mengasuh Pondok Pesantren Sepuh, Mambaul Maarif Jombang, merupakan indikator yang sangat penting untuk melihat konsistensi dalam mengabdi dan berjuang untuk organisasi. Di tengah-tengah tingginya kompetisi ideologis di antara sesama pemuda di negeri ini, Gus Salam secara istiqomah menjadi tradisi ngaji di pesantren untuk menyebarkan nilai-nilai keindonesiaan dan kemaslahatan.
“Itu modal dasar yang harus menjadi catatan para kader Ansor seluruh Indonesia. Kita tidak mungkin memilih Ketua yang obsesinya politik melulu. Dan Gus Salam sudah menunjukkan betapa ranah pesantren juga menarik menjadi pilihan perjuangan para tokoh-tokoh muda baik untuk pengembangan SDM, maupun sebagai alat untuk menjaga nasionalisme dan keindonesiaan,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua PW GP Ansor Banten, Ahmad Imron yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falahiyyah Banten berharap Kongres GP Ansor kali ini ini dapat berjalan kondusif. Hadirnya kiai-kiai muda dalam bursa demokrasi pemuda Nahdliyin menunjukkan betapa tingginya kepedulian mereka terhadap GP Ansor dan persoalan-persoalan kepemudaan yang terjadi di negeri ini. Padahal secara personal, Imron melihat, para kiai muda ini telah memiliki legitimasi sosial, dukungan politik dan jama’ah yang besar.
“Hal ini artinya, Gus Salam sudah mendapat legitimasi kultur dan politik yang kuat, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai prestasi besar. Namun, Gus Salam berani mengambil sikap untuk turun gunung, berjuang menata organisasi pemuda Nahdliyyin, agar tidak lupa dengan niatan awal pendirian Ansor. Hal ini penting sebagai catatan dan kami mendukungnya secara penuh,” sebut alumnus Pesantren Lirboyo tersebut.
Untuk diketahui, saat ini dukungan terhadap Gus Salam terus menguat. Selain dari para kiai sepuh, tokoh lingkaran GP Ansor dan tokoh nasional, dukungan terhadap Gus Salam juga muncul dari tokoh-tokoh yang menjadi kunci di beberapa kementrian dan partai politik.