Jakarta, Buletinnusantara.com – Kiai, pastur, biksu, pendeta, dan tokoh-tokoh agama lainnya, memiliki kedudukan yang layak untuk dihormati. Pemimpin agama ini berperan sebagai guru dan penuntun umat. Sebagai umat beragama, sudah sepatutnya kita menghormati pemuka atau pemimpin agamanya.

Kiai adalah figur yang menjadi tempat umat untuk bertanya pelbagai hal. Kalau dulu kita punya nabi, sahabat, serta tabi’in untuk tempat belajar dan bertanya, maka sekarang posisi ini diwakili oleh kiai.

Pemahaman tersebut coba diutarakan Gerakan Aksi Cinta Kyai dalam aksi damai Jumat (10/2).

Koordinator Gerakan Aksi Cinta Kyai, Abdul Aziz, mengatakan bahwa aksi ini digelar semata-mata untuk mengingatkan masyarakat agar selalu waspada terhadap segala bentuk provokasi.

“Model-model provokasi belakangan ini, mulai dari pelecehan pada ulama atau kyai, demonstrasi di kantor ormas yang tidak jelas basis massanya, hingga aneka berita hoax yang tidak punya sumber akurat, berpotensi memecah belah bangsa,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya.

Aziz mengajak semua anak bangsa agar tetap bersatu dan merapatkan barisan di bawah bimbingan para kiai. “Hanya kepada kiai kita berkhidmat dan melangkah agar bangsa ini senantiasa mendapatkan keselamatan dan menjadi bangsa yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur,” tambah Aziz.

Beberapa pokok pikiran dalam kegiatan Aksi Cinta Kyai yg digelar hari ini (10/2) adalah sebagai berikut:

Kiai sebagai panutan umat, harus dijaga dan diteladani.

Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang beragama dan berkebudayaan ketimuran. Setiap sikap dan perilaku kita seyogianya megedepankan etika dan akhlaqul karimah.

K.H. Ma’ruf Amin merupakan sosok kyai panutan masyarakat Indonesia. Beliau keturunan Syaikh Nawawi Al Bantani yang sangat disegani di dunia. Sudah selayaknya beliau menjadi teladan utama, dihormati, dan diikuti.

Memaafkan, adalah sikap kiai yang sangat arif nan penuh teladan, namun amarah umat sulit dibendung pada saat sang panutan dilecehkan.

Gerakan Aksi Cinta Kyai ingin mengajak masyarakat dan segenap komponen bangsa Indonesia untuk selalu berpegang pada tali Allah dan tidak tercerai-berai (wa’tashimuu bihablillaah walaa tafarroquu).

Gerakan Aksi Cinta Kyai meminta semua masyarakat tidak mudah skenario. (atf)