Jakarta, BuletinNusantara – Pesta demokrasi serentak di Indonesia 17 April lalu berjalan aman, damai dan lancar. Meskipun tak dapat dipungkiri banyak kontroversi yang muncul di tengah masyarakat.
Ketua umum PP Fatayat NU, Anggia Ermarini mengapresiasi seluruh penyelenggara pemilu dari tingkat pusat hingga paling bawah yang telah bekerja keras sehingga Pemilu terbesar dan paling kompleks dekade ini bisa terselenggara dengan baik.
Apresiasi yang sama Fatayat NU sampaikan juga kepada jajaran Bawaslu, aparat TNI, Polri dan Kejaksaan yang terkoordinasi dalam Gakumdu.
“Ini hajat besar yang paling kompleks yang pertama kali barangkali yang diselenggarakan oleh bangsa Indonesia. Kita semua patut bersyukur pelaksanaannya aman, damai dan lancar. Kita harus berikan apresiasi besar pada mereka semua” kata Anggia saat meraakan Harlah Fatayat NIU ke-69 di Jakarta, Rabu (24/4) melalui keterangan tertulisnya.
Dalam harlahnya kali ini, PP Fatayat NU mengundang berbagai tokoh lintas agama untuk secara khusus menegaskan kembali nilai-nilai perdamaian pasca Pemilu.
Diantara yang hadir WHDI (Wanita Hindu Dharma Indonesia), KOWANI, Lajnah Imaillah Muslim Ahmadiyah, PGI dan Wanita Budhis Indonesia.
Saat disinggung tentang dinamika pasca pilpres, Anggia menyebut hal yang wajar mengingat kontestasi tidak mungkin menyenangkan semua.
Wajar kalau ada sebagian pihak belum bisa menerima dengan lapang dada atas hasil yang diperoleh. Terpenting semua mau menghormati apapun hasil akhir yang ditetapkan KPU pada 22 Mei nanti.
Terkait adanya provokasi yang dikembangkan terkait hasil hitung cepat (quick count), Anggia menyerukan agar masyarakat tetap tenang sampai hasil resmi dari KPU dinyatakan selesai.
Fatayat NU melalui Gerakan Ronda Pemilu (GRP) sampai saat ini masih terus bekerja di lapangan untuk mengawal proses penghitungan suara.
Pada awal April lalu Fatayat meluncurkan Gerakan Ronda Pemilu sebagai bentuk partisipasi aktif menyukseskan Pemilu. Gerakan ini dimotori kader-kader Fatayat NU untuk mengajak masyarakat datang ke TPS, menggunakan hak pilihnya sekaligus memantau penghitungan suara dan prosesnya di TPS masing-masing.
Kader-kader GRP Fatayat NU menemukan beberapa fakta menarik, diantaranya perjuangan petugas penyelenggara pemilu di daerah untuk mengantarkan kotak suara, penghitungan surat suara yang sampai hari berikutnya belum juga tuntas, hingga perdebatan antarsaksi paslon yang tidak terima atas hasil perolehan suaranya.
Alhasil, GRP Fatayat NU turut berkontribusi menggerakkan masyarakat terutama kaum perempuan dalam menggunakan hak pilihnya sehingga tercatat angka golput pada pemilu kali ini menurun.
Pada momentum harlah kali ini, Fatayat NU mengajak seluruh tokoh bangsa, para pemimpin negeri, dan seluruh pihak untuk tetap tenang dan bersabar menunggu hasil penghitungan real count dari KPU.
Fatayat NU juga mengajak tokoh lintas agama agar menyerukan kepada para jemaahnya untuk tetap menjaga perdamaian bangsa dan menghilangkan sekat-sekat perpecahan yang sempat marak di tengah masyarakat akibat perbedaan pilihan.
Fatayat NU juga berpesan pada siapapun presiden yang nantinya terpilih agar semakin fokus pada permasalahan perempuan dan anak.
Beberapa masalah pelik yang masih belum terselesaikan diantaranya tentang woman trafficking, perkawinan anak, tingginya angka stunting dan masih banyak lagi. Dari sisi perrkonomian Anggia melihat ada banyak potensi perempuan yang dapat dikembangkan.
“Over all, kami Fatayat NU dan tokoh lintas agama di sini sangat berharap para paslon yang telah ikut berkontestasi mau dan mampu mengendalikan para pendukungnya, menebarkan lagi nilai-nilai perdamaian.Mari kita rekonsiliasi sebagai saudara sebangsa setanah air” pungkasnya. (OL-8)