JAKARTA, Buletinnusantara – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengkampanyekan tanggal 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional dengan tema “Membangun Kesadaran dan Kewaspadaan dalam menghadapi Bencana.” Hal tersebut diwujudkan BNPB dan berbagai pihak secara terpisah, seperti masyarakat, organisasi masyarakat, dunia usaha dan pelaku penanggulangan lain dengan penyelenggaraan simulasi evakuasi bencana secara serentak pada hari ini (26/4), pukul 10.00 – 12.00 di seluruh Indonesia. Kegiatan dengan tagline #SiapUntukSelamat ini sebagai momentum bersama untuk mensosialisasikan bahwa penguasaan pengetahuan oleh diri sendiri tersebut sangat penting untuk meningkatkan kemampuan dalam penyelamatan dari risiko bencana.
Dalam konteks diri sendiri sebagai faktor keselamatan, BNPB menggagas hari ini sebagai upaya mewujudkan sebuah kebijakan jangka menengah sehingga Presiden Republik Indonesia menetapkan dan menyerukan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional dimana seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah, organisasi non-pemerintah, dunia usaha dan setiap warga negara untuk melakukan latihan kesiapsiagaan bencana di seluruh daerah. Kegiatan hari ini merupakan langkah penting untuk mengedukasi setiap warga negara bahwa masyarakat Indonesia berada di kawasan rawan bencana.
Pada sambutan pascalatihan, Kepala BNPB Willem Rampangilei menyampaikan bahwa satu hal paling mendasar yang akan dicapai yaitu cetakbiru atau blueprint pembangunan manusia dalam menghadapi bencana. Willem mengharapkan bahwa masyarakat memiliki kemampuan untuk mengenal risiko, mengelola ancaman, dan mempunyai daya lenting.
Terbangunnya kesadaran naluri kesipasiagaan yg baik, maka akan lebih banyak orang terselamatkan.
“Kapasitas soft skills wares inilah yang terus menerus kita sampaikan dan tingkatkan kepada masyarakat. Di samping itu, tentu penting dukungan mitigasi bencana yang secara fisik dilakukan oleh fungsi kementerian/lembaga yang berwenang,” kata Willem pada kegiatan simulasi evakuasi bencana yang diikuti oleh semua personel di Graha BNPB Jakarta (26/4).
Pemilihan tanggal 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana merupakan peringatan 10 tahun lahirnya Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Pantauan BNPB sehari sebelumnya, sekitar 10,2 juta warga telah berkomitmen untuk melakukan simulasi evakuasi secara serentak di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut bertambah pada hari simulasi evakuasi berlangsung.
Beberapa jenis latihan yang dilaksanakan oleh para pemangku kepentingan mencakup antara lain uji sirine atau tanda peringatan dini lain, uji shelter/ tempat evakuasi, dan uji lapang evakuasi mandiri pada lingkungan (sekolah/madrasah aman bencana, pengelola tempat layanan publik, gedung bertingkat dan pemukiman masyarakat). BNPB mengajak pelibatan kelompok berkebutuhan khusus seperti penyandang disabilitas serta kelompok rentan, anak-anak dan lanjut usia.
Sebelum simulasi evakuasi dengan skenario gempabumi, Kepala BNPB Willem Rampangilei meluncurkan portal kebencanaan berbasis teknologi informasi seperti InaSAFE, InAWARE, dan InaMHEWS. Portal tersebut berfungsi antara lain MHEWS untuk prediksi bencana secara akurat dan realtime. InaSAFE untuk membuat skenario jika terjadi bencana dan inaware untuk integrasi data dan informasi agar semua stake holder mempunyai kesamaan pandangan terhadap bencana yg sedang terjadi untuk fungsi koordinasi antar semua pihak.
Sementara itu, Dr. Jaya Murjaya, selaku Kepala Pusat Seismologiteknik Geopotensial dan Tanda Waktu BMKG mengatakan Kesiapsiagaan sebagai investasi untuk pengurangan risiko bencana. Simulasi yang dilaksanakan hari ini menjadi penting untuk diperingati pada hari kesiapsiagaan bencana yang diinisiasi BNPB. “Pemilihan tanggal 26 April sangat baik, karena kami juga di seluruh UPT BMKG selalu menguji peralatan sirine kami setiap tanggal 26, hal ini sebagai bentuk kesiapsiagaan kami untuk menginformasikan potensi bahaya kepada masyarakat dan supplies data bencana yang selanjutnya akan dimanfaatkan oleh BNPB dalam penanggulangan bencana” katanya.
Ishigaki Shigeki dari Formulation Advisor of JICA Office Indonesia mengatakan di Jepang setiap 1 september memperingati kejadian gempa 1923 di Tokyo. “Dilakukan 14 pelatihan kebencanaan dan diperbarui setiap tahun, sesuai dengan bencana yg dominan dialami saat itu” ungkapnya. Drill terakhir pada tahun lalu membuat pelatihan cara-cara mengatasi keadaan pasca gempa besar yang dilakukan di 9 provinsi dan melibatkan hampir seluruh pihak. “PM Abee juga terlibat melaksanakan pelatihan tersebut di tachikawa, Tokyo” tambahnya.
Chris Ciesa dari Pacific Disaster Center, USA menjelaskan di Amerika juga mempunyai bulan peringatan di bulan Desember. “Pelatihan seperti hari ini bisa mulai dengan langkah kecil yakni mulai dari diri sendiri, keluarga, di sekolah dan tempat kerja. Apa yang dilakukan jika terjadi bencana? Misalnya menyiapkan pasokan logistik, family kit, dan sebagainya” ucapnya. “Jika dimulai dari individu lebih siap,”maka masyarakat akan lebih siap, dan negara lebih siap” tambahnya. (Junaidi)