Jakarta, Buletinnusantara – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyelenggarakan kegiatan _Tactical Floor Game (TGF)_ bertajuk “Penguatan Sinergitas Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam Menghadapi Potensi Banjir Akibat Fenomena La Nina di Provinsi DKI Jakarta dan Sekitarnya” yang dihelat di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Senin (30/11).
Kegiatan yang diikuti oleh lintas instansi pemerintah tersebut juga dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia (Menko Marvest) Luhun Binsar Pandjaitan, Menteri Sosial Juliari Batubara, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Menteri PUPR) Basuki Hadimuldjono, Kepala Badan Meteoroloti Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dan sejumlah pemangku kebijakan di DKI Jakarta dan Kabupaten/Kota penyangga lainnya.
Adapun kegiatan tersebut juga difokuskan untuk memitigasi adanya potensi ancaman bencana banjir yang dapat dipicu oleh fenomena La Nina, khususnya untuk wilayah bantaran Sungai Ciliwung, baik di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.
Sebagaimana diketahui bahwa Ibu Kota DKI Jakarta dilalui sungai-sungai besar seperti Ciliwung. Sungai yang berhulu di wilayah Kabupaten Bogor tersebut kerap kali meluap ketika musim penghujan dan menyebabkan banjir di sepanjang bantaran sungai.
Dalam sambutannya, Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan langkah yang sangat strategis dan menjadi penting, sebab Sungai Ciliwung dengan panjang aliran utama hampir 120 kilometer itu melewati kawasan DKI Jakarta yang menjadi Ibu Kota Negara.
“Adalah salah satu langkah yang sangat strategis, karena Sungai Ciliwung ini membelah ibu kota negara, pusat pemerintahan. Ciliwung juga melintasi beberapa kabupaten/kota dan Ciliwung menjadi salah satu sungai yang terkenal di Indonesia,” kata Doni.
Lebih lanjut, Doni melihat bahwa Sungai Ciliwung belum benar-benar mendapatkan perhatian khusus dan masih kurang optimal. Hal itu ditunjukkan dengan masih adanya sampah dalam jumlah yang banyak di sepanjang aliran Sungai Ciliwung.
Padahal menurut Doni, sampah tersebut kemudian dapat menyebabkan terjadinya banjir apabila terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi. Di sisi lain, Sungai Ciliwung juga menjadi urat nadi kebutuhan air bersih dan dapat menyokong kegiatan yang memberikan manfaat lain bagi masyarakat.
“Namun apa yang kita rasakan hari ini, Ciliwung belum mendapatkan perhatian yang lebih optimal. Karena kita masih bisa melihat banyak sampah, kotoran dan khususnya pada saat curah hujan yang tinggi hampir pasti terjadi banjir,” jelas Doni.
“Padahal kita semua tahu bahwa sungai ini menjadi urat nadi dalam kegiatan khususnya penyediaan air bersih dan kegiatan-kegiatan yang lainnya,” imbuhnya.
*Informasi BMKG Agar Disikapi dengan Baik*
Dalam kesempatan tersebut, Doni juga mengajak seluruh peserta untuk mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi pada awal tahun 2020.
Sebagaimana diketahui bahwa banjir dan tanah longsor melanda sebagian besar wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tengerang dan Bekasi (Jabodetabek).
Peristiwa tersebut tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga harta benda.
Menurut kajian dan analisa dari BNPB dan lintas Kementerian/Lembaga, bencana tersebut terjadi karena dipicu oleh intensitas curah hujan yang tinggi. Padahal sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memberikan informasi mengenai prakiraan cuaca pada saat itu.
Oleh sebab itu, Doni meminta kepada seluruh pemangku kebijakan di masing-masing wilayah serta masyarakat agar menyikapi peringatan dini cuaca dari BMKG tersebut, sehingga mitigasi harus dilakukan sebelum terjadi bencana.
“Kita berharap bahwa informasi dari BMKG jauh-jauh hari harus disikapi dengan sangat serius, dengan sungguh-sungguh. Baik oleh pengambil kebijakan, maupun oleh seluruh lapisan masyarakat, sampai ke tingkat RT/RW,” tutur Doni.
Dia yakin apabila langkah mitigasi dan upaya pencegahan lainnya dapat dilakukan dengan baik, maka tidak akan ada korban jiwa maupun harta benda.
“Apabila ini dilakukan dengan baik, langkah-langkah pencegahan akan bisa menyelamatkan jiwa manusia,” jelas Doni.
*Salus Populi Suprema Lex*
Adapun dalam rangka memberikan pelayanan publik yang baik, para pemangku kebijakan sebagai bagian dari sistem aparatur negara sudah seharusnya mengutamakan kesemalatan jiwa masyarakat.
Hal itu sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo bahwa keselamatan rakyat adalah hukum yang tertinggi.
“Pelayanan publik yang baik adalah ketika negara hadir dan pemerintah beserta pejabatnya mampu melindungi jiwa masyarakat,” kata Doni.
“Sebagaimana yang sering disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo, _Salus Populi Suprema Lex_, keselamatan rakyat adalah hukum yang tertinggi, imbuhnya.
Lebih lanjut, dia juga meminta agar mitigasi dan penanggulangan bencana banjir melalui kegiatan TFG tersebut kemudian dapat dilakukan secara rutin. Sebab, wilayah Indonesia selalu mengalami musim penghujan setiap tahun dan dapat memicu terjadinya bencana banjir dan longsor.
“Manajemen tentang masalah penanggulangan bencana, khususnya banjir ini harus secara rutin dilakukan setiap tahun. Karena setiap tahun kita pasti akan mengalami curah hujan yang tinggi, apalagi sudah ada informasi dari BMKG,” pungkas Doni.[]Aris.PJ